Senin, 08 Agustus 2011

5 FAKTA MENARIK TENTANG AIR KELAPA(SARAH FLOWER'S)

Siapa yang tidak suka minum air kelapa? Apalagi disaat cuaca terik, air kelapa terasa begitu menyegarkan. Tidak hanya enak untuk dijadikan minuman pelepas dahaga saja, air kelapa juga dipercaya banyak orang dapat mempercepat metabolisme, menawarkan racun sementara, membuat kulit terlihat awet muda hingga mengembalikan ion tubuh yang hilang setelah beraktivitas.

Namun, benarkah demikian? Berikut ini beberapa fakta menarik yang ditemukan dalam air buah kelapa seperti yang dikutip dari fitbie.com.

1. Mempengaruhi Metabolisme
Ada yang mengatakan, minum air kelapa bisa menyebabkan kegemukan. Padahal tidaklah demikian, yang dapat menyebabkan kegemukan adalah air perasan daging buah kelapa atau santan. “Dalam satu cangkir santan kental murni bisa menyumbangkan 445 kalori sedangkan air kelapa hanya 46 kalori percangkirnya.” terang Liz Applegate, Ph.D., director of sports nutrition di the University of California di Davis.

2. Minuman Pengganti Ion Tubuh
Kini banyak sekali dijumpai minuman isotonik yang berbahan dasar air kelapa murni. Air kelapa murni dipercaya bisa membantu pemulihan tubuh sehabis berolah raga atau beraktivitas berat. Karena selama berkeringat banyak natrium dan kalium yang terbuang, dan tubuh perlu menggantinya. Air kelapa adalah merupakan pembangkit kalium dan juga potasium sebesar 600 mg percangkirnya. Hal ini melebihi dari pisang (175mg) dan juga air mineral biasa.

3. Bikin Awet Muda
Ada rumor yang mengatakan kalau air kelapa bisa membuat Anda terlihat lebih muda. Kenyataannya, air kelapa mengandung cytokinins, hormon alami yang terdapat dalam tanaman untuk memperlambat penuaan pada buah. Hal ini pernah diteliti di Molecules, namun sayangnya belum terbukti kebenarannya pada manusia.

4. Membantu Pemulihan
Mabuk sehabis pesta semalam suntuk? Air kelapa kadang dicari sebagai solusi mengatasinya. Alasan sebenarnya bukanlah karena air kelapa memulihkan kondisi karena mabuk, tapi karena kandungan H2O menggantikan cairan yang terkuras karena alkohol. Air kelapa juga melumasi ginjal Anda sehingga tetap terhidrasi dengan baik.

5. Melindungi Jantung
Menurut Andrea Giancol RD, juru bicara American Dietetic Association diet tinggi kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesehatan jantung. Meskipun air kelapa adalah sumber mineral yang baik, namun bukan berarti Anda tak perlu mendapatkan asupan mineral dari makanan lain. Anda tetap memerlukan nutrisi jantung tambahan dari sayur, buah dan makanan lainnya. (walipop)

7 GANGGUAN JIKA ANAK KURANG TIDUR(SARAH FLOWER'S)

Anak-anak yang memiliki waktu tidur kurang, bisa menimbulkan dampak buruk bagi kesehatannya, Menurut Penelitian dari Selandia Baru menemukan setiap waktu tidur anak-anak berkurang satu jam, berisiko menambah berat badan 0,7 kilogram.
Anak usia sekolah membutuhkan tidur setidaknya 10-12 jam per hari. Beberapa hal bisa membuat anak menjadi kurang tidur seperti terlalu banyak kegiatan, menonton televisi, bermain video atau komputer.
Jika si kecil memiliki waktu tidur yang kurang maka akan berdampak terhadap beberapa hal seperti dikutip dari Lifemojo, Selasa (28/6/2011) yaitu:
1. Kurang konsentrasi
Kurang tidur bisa membuat anak menjadi lelah sehingga tidak fokus atau konsentrasinya berkurang. Kondisi ini akan membuatnya sulit menerima informasi dari luar.
2. Mudah marah
Hal ini menyebabkan anak mudah iriatsi atau mudah marah, perilaku hiperaktif sehingga kadang bisa membuat orangtua atau pengasuhnya kesal.
3. Menurunnya nilai IQ
Para peneliti dari University of Virginia menemukan anak yang kurang tidur dapat mengganggu perkembangan IQ dan kognitifnya, sehingga ia memiliki nilai yang lebih rendah di sekolah dan sulit membangun hubungan yang baik dengan teman sebaya. Para ahli berpendapat semakin cepat anak tidur setelah belajar maka kemampuan mengingatnya semakin besar.
4. Masalah emosional
Kurang tidur bisa meningkatkan kadar hormon setrs kortisol, sehingga memungkinkan ia mengalami masalah yang berkaitan dengan depresi dan kecemasan. Hal ini bisa membuat anak mudah sedih, marah, kelelahan, mual dan khawatir sepanjang waktu.
5. Masalah dengan berat badan
Studi dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health menemukan anak yang kurang tidur berisiko mengalami obesitas yaitu sekitar 92 persen. Peneliti menuturkan untuk setiap 1 jam tambahan tidur yang didapat anak bisa menurunkan risiko sebesar 9 persen.
6. Berisiko diabetes
Kurang tidur akan mempengaruhi penyerapan glukosa, setiap kekurangan waktu tidur sebanyak 2 jam dalam 1 minggu berkaitan dengan peningkatan kadar pro inflammatory cytokins dan low grade inflammation yang dapat mempengaruhi resistensi insulin sehingga meningkatkan risiko diabetes.
7. Berpotensi ADHD (hiperaktif)
Studi yang dilakukan oleh University of Michigan dan diterbitkan oleh Pediatrics Magazine menemukan gangguan tidur pada anak seperti sleep apnea, mendengkur, sering terbangun di malam hari atau gelisah bisa memberikan kontribusi terhadap kondisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Sabtu, 06 Agustus 2011

DETEKSI DAN PENCEGAHAN ALERGI SEJAK BAYI (SARAH FLOWER'S)

PENDAHULUAN

Alergi termasuk gangguan yang menjadi permasalahan kesehatan penting pada usia anak. Gangguan ini ternyata dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul gangguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga memperberat gejala penderita Autism dan ADHD.

Melihat demikian luas dan banyaknya pengaruh alergi yang mungkin bisa terjadi, maka deteksi dan pencegahan alergi sejak dini sebaiknya dilakukan. Gejala serta faktor resiko alergi dapat dideteksi sejak lahir, bahkan mungkin sejak dalam kandungan. Alergi makanan tidak terjadi pada semua orang, tetapi sebagian besar orang mempunyai potensi menjadi alergi. Tampaknya sebagian besar orang bila dicermati pernah mengalami reaksi alergi. Namun sebagian lainnya tidak pernah mengalami reaksi alergi. Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.

Alergi makanan dapat diturunkan dari orang tua atau kakek dan nenek pada penderita. Bila ada orang tua menderita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menĂșerita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 20 – 40%, ke dua orang tua alergi resiko meningkat menjadi 40 – 80%. Sedangtkan bila tidak ada riwayat alergi pada kedua orang tua maka resikonya adalah 5 – 15%. Pada kasus terakhir ini bisa saja terjadi bila nenek, kakek atau saudara dekat orang tuanya mengalami alergi.

DETEKSI SEJAK DALAM KANDUNGAN
Secara teori deteksi dini penderita alergi dapat dilakukan sejak dalam kandungan. Meskipun hingga saat ini belum ada cara yang optimal, praktis, aman dan murah untuk mengetahui gejala dini alergi sejak dalam kandungan.. Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap penisilin, gandum, telur dan susu.

Faktor lingkungan dapat bekerja sebelum dan sesudah lahir. Faktor lingkungan sebelum lahir dapat mempengaruhi diferensiasi sel T yang allergen spesifik menjadi fenotipe Th2, sehingga alergi atopi sudah bekerja sebelum lahir. Kehamilan yang berhasil ditandai dengan pergeseran Th1 ke Th2 di fase antar fetomaternal untuk mengurangi reaktifitas sistem imun maternal terhadap allograft janin. Hingga saat ini deteksi dini alergi sejak dalam kandungan belum dilakukan secara mendalam dan hanya dilakukan sebatas penelitian.

Penulis telah melakukan pengamatan bahwa gerakan refluk osephagus atau gerakan hiccups (cegukan) pada janin dan gerakan janin di dalam perut yang sangat meningkat terutama saat malam hari hingga pagi hari adalah faktor prediktif yang kuat sebagai bayi yang beresiko alergi. Terlalu kuatnya tendangan tersebut, biasanya disertai rasa sakit di ulu hati si Ibu. Dalam penelitian awal yang terbatas penulis mendapatkan hasil yang cukup penting. Dilakukan pengamatan pada 25 ibu hamil dengan gerakan janin yang berlebihan dan gerakan refluks osephagus (hiccups/cegukan) pada janin saat kehamilan terutama malam hari. Setelah dilakukan eliminasi makanan tertentu tampak secara signifikan gerakan janin tersebut jauh berkurang.

Sensitisasi dalam kandungan sudah terjadi hal ini dapat dilihat bahwa terdapat reaksi alergi susu sapi pada neonatus. IgE ibu tidak dapat melalui sawar plasenta, jadi yang terjadi adalah partikel protein susu sapi yang beredar dalam darah ibu melewati plasenta. Hal ini dapat dibuktikan bahwa terdapat proliferasi lomfosit pada tali pusat neonatus. Bayi baru lahir sudah tersentisisasi sejak dalam kehamilan bila kadar IgE spesifik tali pusat > 0,35 kU/l.

Resiko dan gejala alergi bisa diketahui dan di deteksi sejak dalam kandungan dan sejak lahir, sehingga pencegahan gejala alergi dapat dilakukan sedini mungkin kalau perlu sejak dalam kandungan. Resiko terjadinya komplikasi, gangguan organ tubuh dan gangguan perilaku pada anak diharapkan dapat dikurangi atau dihindari.

DETEKSI DINI MANIFESTASI KLINIS SEJAK BAYI

Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal. Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperanan inflamasi. Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pelepasan beberapa mediator tersebut dapat mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran. Ahli alergi modern berpendapat serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran). Organ sasaran tersebut misalnya paru-paru maka manifestasi klinisnya adalah batuk atau asma. Bila sasarannya kulit akan terlihat sebagai gatal dan bercak merah di kulit. Bila organ sasarannya saluran pencernaan maka gejalanya adalah diare dan sebagainya. Sistem Susunan Saraf Pusat atau otak juga dapat sebagai organ sasaran, apalagi otak adalah merupakan organ tubuh yang sensitif dan lemah. Sistem susunan saraf pusat adalah merupakan pusat koordinasi tubuh dan fungsi luhur. Maka bisa dibayangkan kalau otak terganggu maka banyak kemungkinan manifestasi klinik ditimbulkannya termasuk gangguan perilaku pada anak. Apalagi pada alergi sering terjadi proses inflamasi kronis yang kompleks.

Tabel 1. Manifestasi klinis yang sering dikaitkan dan diperberat karena reaksi alergi pada bayi.
• GANGGUAN SALURAN CERNA : Gastrooesephageal Refluks, sering muntah, gumoh, kembung,“cegukan”, sering buang angin, sering “ngeden /mulet”, sering rewel, gelisah dan kolik terutama malam hari. Sering buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB tiap hari. Kotoran berwarna hijau, gelap dan berbau tajam. Hernia Umbilikalis (pusar menonjol), Scrotalis, inguinalis (benjolan di selangkangan, daerah buah zakar atau pusar atau “turun berok”) karena sering ngeden sehingga tekanan di dalam perut meningkat. Lidah sering timbul putih (seperti jamur) dan air liur berlebihan (drooling atau ngiler). Bibir tampak kering mengelupas.
• Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal, disertai pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang sedikit berbau.
• Napas grok-grok, kadang disertai batuk sesekali terutama malam dan pagi hari siang hari hilang. Sesak bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB)
• Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi (Sehingga beresiko kepala “peyang”) karena hidung buntu. Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua sisi.
• Sering berkeringat (berlebihan). Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat.
• Karena minum yang berlebihan atau sering minta minum berakibat berat badan lebih dan kegemukan (umur <1tahun). Sebaliknya terjadi berat badan turun setelah usia 4-6 bulan, karena makan dan minum berkurang • Mempengaruhi gangguan hormonal : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok, timbul banyak bintil kemerahan dengan cairan putih (eritema toksikum) atau papula warna putih • PROBLEM MINUM ASI : sering menangis (karena perut tidak nyaman) seperti minta minum sehingga berat badan lebih karena minum berlebihan. Sering menangis belum tentu karena haus atau bukan karena ASI kurang. Sering menggigit puting (agresif) sehingga luka. Minum ASI sering tersedak, karena hidung buntu & napas dengan mulut. Minum ASI lebih sebentar pada satu sisi, karena satu sisi hidung buntu, jangka panjang bisa berakibat payudara besar sebelah. Tabel 2. Beberapa gangguan perilaku yang sering dikaitkan dan diperberat oleh reaksi alergi pada bayi. • GANGGUAN NEUROLOGIS RINGAN : Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar. Kaki sering dijulurkan lurus dan kaku. Breath Holding spell : bila menangis napas berhenti beberapa detik kadang disertai sikter bibir biru dan tangan kaku. Mata sering juling (strabismus fisiologis). Kejang tanpa disertai ganggguan EEG atau serangan kejang bukan epilepsi (EEG normal) • GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN Usia kurang dari 1 bulan sudah bisa miring atau membalikkan badan. Usia kurang dari 6 bulan: mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan, tidak bisa diselimuti (“dibedong”). Kepala sering digerakkan secara kaku ke belakang, sehingga posisi badan bayi “mlengkung” ke luar. Bila digendomg tidak senang dalam posisi tidur, tetapi lebih suka posisi berdiri. Sering bergerak, sering menggerakkan kepala dan badan atas ke belakang, memukul dan membentur benturkan kepala. Kadang timbul kepala sering bergoyang atau mengeleng-gelengkan kepala. Sering jatuh dari tempat tidur. • GANGGUAN TIDUR (biasanya malam hari) gelisah,bolak-balik ujung ke ujung; bila tidur posisi “nungging” atau tengkurap; berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur; sulit tidur atau mata sering terbuka pada malam hari tetapi siang hari tidur terus; usia lebih 9 bulan malam sering terbangun atau tiba-tiba duduk dan tidur lagi, • AGRESIF DAN EMOSI MENINGKAT, sering menangis, berteriak dan bila minta minum susu sering terburu-buru tidak sabaran. Pada usia lebih 6 bulan sering memukul muka atau menarik rambut orang yang menggendong. Sering menggigit, menjilat tangan atau punggung orang yang menggendong. Sering menggigit puting susu ibu bagi bayi yang minum ASI, Setelah usia 4 bulan sering secara berlebihan memasukkan sesuatu ke mulut. Tampak anak sering memasukkan ke dua tangan atau kaki ke dalam mulut. • GANGGUAN KONSENTRASI : cepat bosan terhadap mainan dan bila diberi cerita bergambar sering tidak bisa memperhatikan. Tidak kerasan dalam ruangan yang sempit seperti box bayi dan ruangan sempit. Sering minta keluar ke tempat yang luas atau luar rumah. • GANGGUAN MOTORIK DAN KOORDINASI : Pada pola perkembangan motorik normal adalah bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan. Pada gangguan keterlambatan motorik biasanya bolak balik pada usia lebih 5 bulan, usia 6 – 8 bulan tidak duduk dan merangkak, setelah usia 8 bulan langsung berdiri dan berjalan. Gangguan mengunyah atau menelan, tidak mau makan berserat seperti sayur dan daging atau terlambat kemampuan makan nasi tim (normal usia 9 bulan). • KETERLAMBATAN BICARA: Tidak mengeluarkan kata umur < 15 bulan, , kemampuan bicara atau ngoceh-ngoceh hilang dari yang sebelumnya bisa. Bila tidak ada gangguan kontak mata, gangguan pendengaran, dan gangguan intelektual biasanya usia lebih 2 tahun membaik. • IMPULSIF : banyak tersenyum dan tertawa berlebihan, lebih dominan berteriak daripada mengoceh. • Jangka panjang akan memperberat gangguan perilaku tertentu bila anak mengalami bakat genetik seperti ADHD (hiperaktif) dan AUTISME (hiperaktif, keterlambatan bicara, gangguan sosialisasi) Beberapa manifestasi klinik tersebut sangat sering dijumpai pada usia bayi, atau mungkin dialami lebih dari 50% anak. Sehingga banyak pendapat baik dari awam bahkan sebagian klinisi yang mengatakan bahwa gangguan tersebut adalah normal terjadi pada semua bayi nanti juga juga membaik. Tetapi bila kita cermat mengamati sebenarnya hal ini tidak terjadi pada semua bayi. Tampak jelas bila orang tua mempunyai anak lebih dari satu. Akan terlihat jelas kalau beberapa anaknya berbeda dalam mengalami gangguan-gangguan tersebut. Gangguan ringan yang terjadi pada bayi ini mungkin dapat dijadikan prediksi untuk gangguan alergi dikemudian hari. Gangguan sesak pada bayi baru lahir atau TRDN beresiko terjadi astma pada usia sebelum sekolah. Gejala hipersekresi bronkus atau suara napas ”grok-grok” yang terjadi pada usia bayi, ke depan anak seperti ini akan beresiko mengalami gangguan sensitif pada saluran napasnya. anak akan beresiko mudah batuk, dan bila terkena Infeksi Saluran napas gejala batuknya lebih berat, sesak dan lebih lama sembuh. anak yang mengalami gangguan saluran cerna seperti malam sering rewel atau kolik. Di kemudian hari anak akan beresiko sensitif gangguan mengalami gangguan saluran cerna misalnya sering sakit perut, sulit BAB, sulit makan atau berat badan yang sulit naik. Sedangkan bayi yang mengalami gangguan motorik yang berlebihan dan mudah bosan terhadap mainan dan ruangan sempit maka dikemudian haru beresiko terjadi gangguan konsentrasi. Gangguan ini dapat mengganggu prestasi sekolah anak. Banyak gangguan pada usia bayi tersebut, dikemudian hari akan mengakibatkan resiko terjadinya gangguan alergi dan gangguan perilaku lainnya dikemudian hari. Gangguan yang dapat terjadi di kemudian hari adalah astma, sinusitis, Iritabel Bowel Disease (gangguan saluran cerna), migrain dan sebagainya. Sedangkan gangguan perilaku yang bisa terjadi dikemudian hari adalah keterlambatan bicara, sulit tidur, gangguan konsentrasi, emosi meningkat, gangguan belajar, gangguan motorik kasar seperti mudah jatuh dan tersandung, gangguan proses mengunyah dan lain sebagainya. Bahkan anak yang mempunyai bakat genetik ADHD dan Autis yang disertai alergi mungkin dapat diminimalkan gangguannnya sejak dini. Gangguan pada bayi yang sering dianggap normal ini memang ringan dan tampaknya tidak berbahaya. Dalam keadaan seperti ini sebenarnya bisa dilakukan pencegahan dan intervensi sejak dini. Sehingga gangguan organ tubuh dan gangguan perilaku yang terjadi dikemudian hari bisa dicegah atau paling tidak diminimalkan sejak dini. Bila sudah divonis normal dan dianggap biasa maka upaya pencegahan yang seharusnya bisa dilakukan menjadi terabaikan PENYEBAB ALERGI MAKANAN PADA BAYI Alergi makanan lebih sering terjadi pada usia bayi atau anak dibandingkan pada usia dewasa. Hal itu terjadi karena belum sempurnanya saluran cerna pada anak. Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi allergen. Secara imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen, virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh. Dengan pertambahan usia, ketidakmatangan saluran cerna tersebut semakin membaik. Biasanya setelah 2 tahun saluran cerna tersebut berangsur membaik. Hal ini juga yang mengakibatkan penderita alergi sering sakit pada usia sebelum 2 tahun. Fenomena tersebut juga menunjukkan bahwa sewaktu bayi atau usia anak mengalami alergi makanan tetapi dalam pertambahan usia membaik. Gejala dan tanda karena reaksi alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh adanya alergen dari beberapa makanan tertentu yang dikonsumsi bayi. Penyebab alergi di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim proteolitik. Sebagian besar alergen pada makanan adalah glikoprotein dan berkisar antara 14.000 sampai 40.000 dalton. Molekul-molekul kecil lainnya juga dapat menimbulkan kepekaan (sensitisasi) baik secara langsung atau melalui mekanisme hapten-carrier. Susu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada bayi yang paling sering. Beberapa penelitian di beberapa negara di dunia prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan sekitar 2%. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Reaksi simpang makanan yang tidak melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi susu. Sekitar 1-7% bayi pada umumnya menderita alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sedangkan sekitar 80% susu formula bayi yang beredar di pasaran ternyata menggunakan bahan dasar susu sapi. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Alergi terhadap protein susu sapi atau alergi terhadap susu formula yang mengandung protein susu sapi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan muncul. Pada bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif maka diet yang dikonsumsi ibu sangat berpotensi menimbulkan gangguan alergi. Diet ibu yang sangat berpotensi menimbulkan gangguan pada bayi yang paling sering adalah ikan laut (terutama yang kecil seperti udang, kerang, cumi dan sebagainya), kacang tanah dan buah-buahan (tomat, melon, semangka). Saat pemberian makanan tambahan usia 4-6 bulan, gejala alergi pada bayi sering timbal. Jenis makanan yang sering diberikan dan menimbulkan gangguan adalah pemberian buah-buahan (jeruk, dan pisang), bubur susu (kacang hijau), nasi tim (tomat, ayam, telor, ikan laut (udang, cumi,teri), keju, dan sebagainya. Sehingga penundaan pemberian makanan tertentu dapat mengurangi resiko gangguan alergi pada anak. Menurut beberapa penelitian pemberian multivitamin pada bayi beresiko alergi ternyata meningkatkan gangguan penyakit alergi di kemudian hari. PENANGANAN Penanganan alergi yang terbaik pada bayi adalah menghindari penyebab alergi tersebut. Pada alergi makanan gejala alergi akan berkurang atau hilang bila makanan sebagai penyebabnya dihindarkan. Hanya saja secara praktis agak rumit untuk mencari penyebab pasti penyebabnya karena pemeriksaan alergi (tes alergi) tidak dapat memastikan penyebab alergi tersebut. Sehingga cara yang dianggap paling murah dan sederhana yang dapat memastikan penyebab alergi adalah dengan cara eliminasi terbuka sederhana. Bila timbul keluhan dicatat penyebab alergi terbut, meskipun alergi terhadap jenis makanan tertentu tidak berlangsung seterusnya. Dengan semakin meningkatnya usia anak alergi makanan tertentu akan menghilang, kecuali makanan kacang tanah dan beberapa ikan laut biasanya daopat menetap hingga usia dewasa. Penanganan alergi pada bayi haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi, tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut. Penghindaran penyebab alergi ini harus disertai edukasi yang baik terhadap orang tua atau orang lain di lingkungan anak. Pemberian obat-obatan pencegahan alergi dan obat lainnya adalah bentuk kegagalan dalam mengidentifikasi dan penghindaran penyebab alergi. Obat-obatan simtomatis, anti histamine (AHi dan AH2), ketotifen, kortikosteroid (baik topikal maupun oral), serta inhibitor sintesase prostaglandin hanya dapat mengurangi gejala sementara, tetapi umumnya mempunyai efisiensi rendah dan sudah mulai banyak ditinggalkan.. PENCEGAHAN ALERGI SEJAK DINI Bila terdapat riwayat keluarga baik saudara kandung, orangtua, kakek, nenek atau saudara dekat lainnya yang alergi atau asma. Dan bila anak sudah terdapat ciri-ciri alergi sejak lahir atau bahkan bila mungkin deteksi sejak kehamilan maka harus dilakukan pencegahan sejak dini. Resiko alergi pada anak dikemudian hari dapat dihindarkan bila kita dapat mendeteksi dan mencegah sejak dini. Pencegahan alergi makanan terbagi menjadi 3 tahap, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. 1. Pencegahan Primer , bertujuan menghambat sesitisasi imunologi oleh makanan terutama mencegah terbentuknya Imunoglobulin E (IgE).. Pencegahan ini dilakukan sebelum terjadi sensitisasi atau terpapar dengan penyebab alergi. Hal ini dapat dilakukan sejak saat kehamilan. 2. Pencegahan sekunder, bertujuan untuk mensupresi (menekan) timbulnya penyakit setelah sensitisasi. Pencegahan ini dilakukan setelah terjadi sensitisasi tetapi manifestasi penyakit alergi belum muncul. Keadaan sensitisasi diketahui dengan cara pemeriksaan IgE spesifik dalam serum darah, darah tali pusat atau uji kulit. Saat tindakan yang optimal adalah usia 0 hingga 3 tahun. 3. Pencegahan tersier, bertujuan untuk mencegah dampak lanjutan setelah timbulnya alergi. Dilakukan pada anak yang sudah mengalami sensitisasi dan menunjukkan manifestasi penyakit yang masih dini tetap[i belum menunjukkan gejala penyakit alergi yang lebih berat. Saat tindakan yang optimal adalah usia 6 bulan hingga 4 tahun. Kontak dengan antigen harus dihindari selama periode rentan pada bulan-bulan awal kehidupan, saat limfosit T belum matang dan mukosa usus kecil dapat ditembus oleh protein makanan. Ada beberapa upaya pencegahan yang perlu diperhatikan supaya anak terhindar dari keluhan alergi yang lebih berat dan berkepanjangan dikemudian hari : • Hindari atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal ini oleh ibu. Bila ibu hamil didapatkan gerakan atau tendangan janin yang keras dan berlebihan pada kandungan disertai gerakan denyutan keras (hiccups/cegukan) terutama malam atau pagi hari, maka sebaiknya ibu harus mulai menghindari penyebab alergi sedini mungkin. Committes on Nutrition AAP menganjurkan elinasi diet jenis kacang-kacangan untuk pencegahan alergi sejak dalam kehamilan. • Pemberian makanan padat dini dapat meningkatkan resiko timbulnya alergi. Bayi yang mendapat makanan pada usia 6 bulan mempunyai angka kejadian dermatitis alergi yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mulai mendapat makanan tambahan pada usia 3 bulan. • Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian karpet, korden tebal, kasur kapuk, tumpukan baju atau buku. Hindari pencetus binatang (bulu binatang piaraan kucing dsb, kecoak, tungau pada kasur kapuk). • Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti ayam di atas 1 tahun, telor, kacang tanah di atas usia 2 tahun dan ikan laut di atas usia 3 tahun. • Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui komposisi makanan atau membaca label komposisi di produk makanan tersebut. • Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat mencegah resiko alergi pada bayi . Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari makanan penyebab alergi. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu dapat masuk ke bayi melalui ASI. Terutama kacang-kacangan, dan dipertimbangkan menunda telur, susu sapi dan ikan. Meskipun masih terdapat beberapa penelitian yang bertolak belakang tentang hal ini. • Committes on Nutrition AAP menganjurkan pemberian suplemen kalsium dan vitamin selama menyusui. • Bila ASI tidak memungkinkan atau kalau perlu kurang gunakan susu hipoalergenik formula untuk pencegahan terutama usia di bawah 6 bulan.Bila dicurigai alergi terhadap susu sapi bisa menggunakan susu protein hidrolisat. Penggunaan susu soya harus tetap diwaspadai karena 30 – 50% bayi masih mengalami alergi terhadap soya. • Bila timbul gejala alergi, identifikasi pencetusnya dan hindari. Pemberian ASI atau Susu protein hidrolisa selama bulan pertama. yang terbukti sangat kuat secara ilmiah. Sedangkan yang terbukti kuat lainnya adalah eliminasi tungau debu rumah pada awal kehidupan, eliminasi penyebab alergi pada usia > 4 – 6 bulan dan pemakaian Prebiotik. Pencegahan dengan menunda makanan padat masih belum banyak penelitian yang mengungkapkan. Sedangkan pencegahan dengan Penambahan PUFA omega 3, penambahan nutrisi lain (Zn, Ca, Fe, nukleotida) dan imunoterapi masih diragukan dan perlu penelitian lebih jauh. Pemberian obat-obatan antihistamin dan ketotifen dengan efek antiinflamasi sebagai pencegahan tidak terbukti secara klinis dan sudah mulai ditinggalkan sebagai upaya pencegahan.

TIPS MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN GERAK/MOTORIK PADA BAYI 10-12 BULAN,,,(SARAH FLOWER'S)

Usia 10-12 bulan

Menjelang usianya satu tahun, kepandaian serta ketrampilan bayi makin
berkembang. Tonggak kepandaian motor kasarnya yg paling menonjol pada
usia ini adalah semakin mahirnya ia melangkahkan kakinya. Kini si kecil
semakin rajin melangkahkan kakinya ke samping sambil berpegangan pada
perabot rumah tangga. :Jatuh bangun” adalah hal yg biasa yg akan dialami
bayi dalam mengoptimalkan kemampuan jalannya. Oleh karena itu, sekali
lagi, keamanan di sekitar anak harus terjaga.
Di usia 10 bulan bayi sudah dapat duduk tanpa bantuan. Dengan
menggunakan kekuatan otot lengan dan bahunya si kecil juga mulai mampu
membangkitkan tubuhnya ke posisi berdiri. Semua ketrampilan ini bisa
dilakukan bayi karena ia semakin pandai mengontrol otot punggung dan
bahu. Selain membangkitkan tubuhnya ke posisi berdiri si kecil juga
senang melakukan aktivitas bangkit dari duduk untuk kemudian duduk
kembali.

Mulai usianya yg ke-11 bulan, yg paling menonjoldalam kemampuan motor
kasar si kecil adalah dapar berdiri sendiri dalam waktu kurang lebih 2
detik. Pada saat ini tampaknya si kecil suka berdiri tanpa bantuan
apapun. Hal ini terjadi karena kontrol dirinya akan keseimbangan semakin
berkembang, sehingga membuat si kecil terbiasa berdiri di atas kedua
kakinya.
Dalam melakukan aktivitas berlatih berdri tanpa bantuan ini, si kecil
akan meluruskan tungkainya dari posisi tengkurap atau duduk. Lalu ia
akan mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada kedua telapak tangannya.
Kesenangan barunya ini membuat bayi “malas” untuk duduk kembali.
Kalaupun ingin kembali ke posisi duduk, ia akan berpegangan apda meja.
Lagipula si kecil kini sudah dapat berdiri tegak 900 secara gagah dan
dilanjutkannya denganberjalan dua tiga langkah yg akan dicobanya lagi
terus menerus untuk meyakinkan dirinya, bahwa ia sekarang dapat menapak
dunia tanpa bantuan siapapun.
Selain sudah dapat berdiri sendiri, si kecil kini akan menjadi tukang
panjat. Sekarang ia akan mencoba memanjat barang-barang yg tampaknya
menarik untuk didaki seperti meja, kursi dan tangga. Jika menemukan
barang yg dapat dipanjat dengan lincah si kecil akan memanjatnya. Oleh
karena itu jangan tinggalkan si kecil memanjat tanpa pengawasan.
Memasuki usia 12 bulan sebagian besar bayi telah siap untuk jalan walau
kelihatan masih limbung. Berjalan merupakan pengalaman baru yg amat
mengasyikkan. Namun kadang-kadang si kecil memilih merangkak ketika
bermain, mungkin karena aktivitas ini dapat membuatnya bergerak lebih
cepat.
Berjalan merupakan aktivitas yg memukau dan dianggap oleh banyak orang
sebagai satu tonggak bersejarah dalam perkembangan fisik anak. Dapat
berjalan merupakan pencapaian puncak dari aktivitas motor kasar.
Perkembangan Gerakan:
Bangkit untuk berdiri dan bangkit lalu duduk kembali.
Untuk melatihnya, dudukkan bayi di permukaan seperti lantai atau
kasur, dan biarkan ia mencoba sendiri untuk berdiri atau bangkit untuk
kemudian duduk sendiri.
Mulai mampu memanjat ketinggian 15-30 cm
Dudukkan bayi di lantai dan beri mainan yg disukainya. Ambil mainan
tersebut dan letakkan di tempat yg lebih tinggi. Usahakan ia melihat
mainan tersebut dipindahkan dan katakan “Ambil nak”, sambil
menepuk-nepuk tempat tersebut. Anak akan berusaha meraih mainan tersebut
dengan merambat, lalu memanjat tempat tinggi tersebut. Dampingi anak
dari belakangsambil beri dorongan. Jika ia menemukan kesulitan bantu
dengan mendorong pantatnya.
Mulai dapat berjalan walau masih 2-3 langkah dan kemudian jatuh terdudu karena keseimbangannya belum sempurna.
Ketika sudah mulai berjalan, langkah si kecil masih limbung.
Sudah dapat berjalan.
Kadang-kadang walaupun sudah dapat berjalan si kecil masih suka merangkak, karena aktivitas ini berlangsung lebih cepat, apalagi jika ia menginginkan sesuatu benda yg jauh untuk dijangkaunya.
Ajaklah si kecil berjalan di luar ruangan, misalnya di halaman rumah atau taman. Ia membutuhkan ruang yg luas untuk mencoba kaki-kakinya bergerak lincah.
Biarkan ia menjelajah ruangan dengan kakinya tanpa dipegang, yg penting awasi agar ia tidak membentur benda keras seperti ujung meja.

HARI-HARI PERTAMA BAYI ANDA (SARAH FLOWER'S)

Hari-hari pertama bayi selalu menarik, sekaligus menegangkan. Beberapa hal yang kita lihat serig sulit diartikan. Apakah normal atau ada gangguan serius?

1. Kok napasnya berbunyi

Untuk bernapas, bayi yang baru lahir amat tergantung pada aliran napas hidung. Kadang kala napasnya berbunyi hingga membuat orang tua panik. Bayi-bayi yang saat dilahirkan harus disedot hidungnya juga sering mengalami “stuffy nose” syndrome, yaitu kumpulan gejala yang disebabkan pembengkakan di selaput lendir hidung, namun kondisi ini akan membaik sendiri setelah beberapa hari hingga beberapa minggu.

2. Laringotrakeomalasia

Laringotrakeomalasia adalah salah satu penyebab terbanyak napas yang berbunyi pada bayi kecil. Bayi ini memiliki saluran napas yang masih lemah dan bila ia mengambil napas, saluran tersebut akan menyempit hingga mengeluarkan bunyi berisik. Bunyi lebih kentara saat anak mengambil napas dan makin jelas terdengar bila ia tidur terlentang atau saat menangis. Suara si bayi atau pun suara tangisnya tetap kencang, kulit biasanya tidak biru, dan nafsu minum susu tidak terganggu. Biasanya laringotrakeomalasia yang ringan bisa menghilang sendiri pada usia sekitar 6-18 bulan karena otot-otot saluran napas makin kuat. Namun, bila tidak, orang tua perlu waspada adanya kelainan lain. Jika orang tua tak pasti, bisa konsultasikan pada dokter anak ataupun dokter ahli THT (telinga, hidung, dan tenggorok).

3. Bayiku berhenti bernapas?

Kalau diperhatikan, napas bayi berbeda dengan orang dewasa. Mereka bernapas dengan pola tertentu. Kadang-kadang bayi baru lahir bernapas cepat diselingi oleh berhentinya napas sekitar 20 detik yang disebut periodic breathing, terjadi lebih sering pada bayi yang kelelahan atau prematur. Saat napas berhenti, kulit bayi tidak akan menjadi biru atau lemah. Namun bila bayi Anda berhenti bernapas lebih dari 20 detik atau terlihat biru dan lemah, perlu dikonsultasikan pada dokter dan diperiksa lebih lanjut.

4. Kecil-kecil sudah pilek

Pilek karena infeksi merupakan keluhan yang juga sering dilaporkan ibu. Biasanya napas bayi kecil Anda akan terganggu karena ada cairan di hidungnya. Cairan tersebut dapat disedot dengan alat sedot khusus sebelum bayi disusui atau tidur hingga bayi lebih mudah minum susu dan lebih nyenyak tidurnya. Obat-obat dekongestan yang bekerja mengurangi hidung mampet tidaklah dianjurkan untuk bayi baru lahir karena adanya kemungkinan efek samping.

5. Apa yang bisa menyebabkan ia batuk-batuk ya?

Tak jarang bayi kecil Anda terbatuk-batuk. Bila batuk-batuk terus berlanjut, pikirkan kemungkinan ada infeksi saluran napas yang disebabkan virus atau bakteri. Penyakit bisa bersifat ringan tetapi bisa juga cukup berat misalnya yang disebabkan respiratory syncytial virus (RSV) ataupun batuk seratus hari (pertusis). Batuk akibat kuman ini merupakan indikasi rawat di rumah sakit karena bayi Anda dapat mengalami berhenti bernapas, apalagi kalau kulit bayi sudah tampak biru.

6. Oo, napasnya berhenti lama!

Apnea adalah istilah medis yang dipakai untuk menggambarkan berhentinya napas selama 20 detik atau lebih, atau berhentinya napas yang disertai dengan denyut jantung yang pelan, pucat, dan kulit biru. Hati-hati pula bila bayi berhenti bernapas disertai perubahan warna kulit, tampak seperti tersedak atau kesulitan bernapas, diikuti otot-ototnya melemah, karena ini merupakan tanda yang cukup berbahaya disebut apparent life-threatening event (ALTE).

Apnea berbeda dengan periodic breathing sebab apnea merupakan gejala adanya penyakit-penyakit tertentu, jadi harus lebih diwaspadai. Yang paling sering adalah akibat infeksi berat, radang paru-paru, radang otak, pertusis, RSV, kekurangan gula darah, kejang, kurang darah (anemia), dan penyakit berat lainnya.

Perhatikan apa yang biasanya terjadi pada bayi Anda sebelum apnea terjadi, apakah ada perubahan makan atau tidur, lebih memilih posisi tertentu, adakah penyakit yang sedang diderita, ada riwayat suddent infant death syndrome (SIDS) atau sindrom kematian bayi mendadak pada keluarga, bayi punya sakit paru-paru atau jantung, dan pernah kejang. Seringkali saat sampai di rumah sakit, bayi bernapas normal kembali, hingga Anda hanya bisa mengatakan “Tadi bayi saya berhenti bernapas, dok”, dan dokter amat bergantung pada informasi Anda untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada beberapa keadaan, dokter dapat meminta bayi Anda dirawat terutama bila apnea sudah sering terjadi.

7. Apakah ada kelainan jantung?

Kelainan jantung terjadi pada 8 di antara 1000 bayi yang lahir hidup. Setiap orang tua perlu waspada bila bayi tampak bernapas cepat (dalam satu menit, bayi bernapas lebih dari 60 kali), disertai kulit yang biru mendadak atau pucat, berkeringat saat makan, tampak cepat lelah, berat badannya sulit naik, dan kulit biru yang tambah nyata bila anak menangis.

Kelainan jantung pada bayi baru lahir bisa ditandai dengan kulit atau bibir yang membiru bisa juga tidak tergantung dari jenis kelainannya. Beberapa bayi tidak menunjukkan gejala apapun kecuali ia sering sakit batuk pilek, cepat capek saat disusui, atau berat badannya tak naik-naik, dan akhirnya baru diketahui ia mengidap kelainan jantung saat ia makin besar. Saat ini dunia kedokteran sudah demikian canggih, sehingga sudah dapat dilakukan penyembuhan kelainan jantung tanpa harus operasi besar hingga mengurangi risiko operasi pada bayi-bayi kecil.

8. Dok, bayiku kejang?

Saat Anda mau menyusuinya, tiba-tiba bola mata bayi Anda melirik ke suatu arah, berkedip-kedip dan mulutnya bergerak-gerak aneh. Saat itu baru dua hari Anda melahirkannya. Loh apa ini normal? Pikirkanlah kemungkinan bayi Anda mengalami kejang. Kejang pada bayi baru lahir berbeda dengan bayi yang lebih besar. Mereka umumnya tidak kelojotan atau kaku seluruh badan. Gerakan biasanya bersifat setempat, misalnya kaki seperti mengayuh, tangan seperti meninju, bola mata atau mulut bergerak-gerak. Bisa juga kaku (tonik) atau kelojotan (klonik) di bagian tubuh tertentu seperti tangan dan kaki.

Bedakan juga dengan jitteriness, suatu gerakan seperti kejang namun tidak berbahaya, diperkirakan terjadi pada 44% bayi baru lahir normal. Gerakannya seperti gerakan gemetar yang simetris, tidak ada periode gerakan lambat dan cepat seperti pada kejang, dan ritmenya lebih cepat yaitu 5-6 kali gerakan per detik. Jitteriness tidak terjadi pada wajah, mudah dirangsang, dan dapat dihentikan bila kita memegang tangan atau kakinya yang bergerak-gerak. Bayi yang mengalami jitteriness juga tidak mengalami perubahan denyut jantung atau tekanan darah yang terjadi pada kejang.
Pada bayi-bayi kecil kurang dari tiga hari yang umum menjadi penyebab kejang salah satunya karena mereka kekurangan oksigen/udara. Sekitar 50-65% bayi yang kejang disebabkan kelainan pada otaknya karena kekurangan oksigen. Sisanya disebabkan perdarahan dalam kepala akibat proses persalinan ataupun kelainan-kelainan lain, misalnya bayi yang dilahirkan dari ibu penderita diabetes, infeksi, diberi obat-obatan, kekurangan zat tertentu dalam darah, dan sebagainya. Ingatlah bahwa kejang pada bayi kecil hanyalah sebuah gejala dari kelainan lain yang menjadi penyebabnya, dan bukan merupakan suatu penyakit.

Mendengar kata kejang, sebagai orang tua pastilah khawatir bagaimana masa depan si bayi. Apakah ia menjadi tidak cerdas nantinya? Tidak bisa dipastikan juga. Ada beberapa penyebab kejang yang relatif tak berbahaya, di antaranya yang disebut benign familial neonatal convulsion atau kejang pada bayi lahir yang ringan dan bersifat keturunan. Penyebabnya tidak diketahui, biasanya terjadi pada tiga hari pertama setelah lahir dan menghilang setelah usia satu sampai enam bulan. Cobalah dirunut apakah di antara ayah, ibu, atau saudara ada yang memiliki riwayat epilepsi atau kejang saat bayi juga.

Kejang jenis lain yang juga tak perlu dikhawatirkan adalah “fifth-day fits” suatu bentuk kejang pada bayi baru lahir yang bersifat ringan, terjadi pada saat usia 5 hari dan menghilang pada usia 15 hari.

9. Apakah sudah terjadi kekerasan?

Tak ada salahnya orang tua lebih memperhatikan kemungkinan ini apalagi bila keduanya bekerja. Kasus kekerasan pada bayi paling sering dilakukan oleh orang terdekatnya sendiri, konon angkanya mencapai 90%. Bayi tak bisa mengeluh dan mengadu tetapi ada beberapa tanda-tanda pada tubuhnya yang dapat menjadi petunjuk. Bila terjadi perdarahan otak –misalnya karena kepala dibenturkan-, bayi mengalami penurunan kesadaran meskipun saat diperiksa tidak ada tanda apapun di kulit kepalanya. Periksalah apakah ubun-ubunnya menonjol, adakah memar atau posisi badan yang aneh yang disebabkan tulangnya patah. Salah satu yang khas pada kekerasan bayi yaitu terlihat banyak bekas patah tulang dengan berbagai tingkat penyembuhan, lebih jelas bila diperiksa dengan sinar roentgent. Patah tulang paha, patah tulang lengan atas yang garis patahannya berbentuk spiral, atau patah tulang iga pada bayi kecil juga perlu dicurigai sudah terjadi kekerasan, apalagi bila cerita pengasuh tidak konsisten atau tidak masuk diakal.

10. Sepertinya tubuhnya demam.

Jika bayi dalam usia satu minggu pertama mengalami demam, ada dua kemungkinan yang paling penting yaitu apakah ia sakit atau karena lingkungan yang terlalu panas. Jika Anda yakin kedua-duanya tidak terjadi, bayi tampak sehat namun ia memang tak terlalu suka menyusu atau berat badannya turun lebih dari 10% dari berat lahirnya, pikirkan kemungkinan demam akibat kekurangan cairan (dehidrasi). Biasanya bayi-bayi tersebut minum air putih atau susu botol dengan antusias seperti kehausan, dan setelahnya suhunya akan membaik serta berat badannya na

7 MACAM OBAT YANG SEHARUSNYA TIDAK DIBERIKAN KEPADA BAYI DAN ANAK-ANAK,,(SARAH FLOWER'S)

Bayi dan anak-anak lebih banyak menghadapi risiko tinggi terhadap reaksi obat, sehingga memberikan obat baik melalui resep maupun obat-obatan bebas pada bayi adalah suatu hal yang harus disikapi dengan serius. (Bahkan, hingga bayi Anda menginjak usia 6 bulan, lakukan konsultasi pada dokter sebelum Anda memberikan obat-obatan apapun, selain asetaminofen dengan dosis khusus untuk bayi, yang boleh diberikan begitu bayi Anda berusia lebih dari tiga bulan.
Berikut ini adalah 7 jenis obat-obatan yang tidak boleh diberikan pada bayi dan anak-anak:

1. Aspirin
Jangan pernah memberikan aspirin atau obat-obatan lain yang mengandung aspirin pada bayi anda. Aspirin dapat membuat bayi rawan terkena Reye’s syndrome – sebuah sindroma yang jarang terjadi namun dapat menyebabkan terjadinya penyakit yang fatal. Jangan menganggap bahwa obat-obatan untuk anak-anak yang Anda temukan di apotek sudah bebas dari aspirin. Aspirin seringkali juga di sebut sebagai “salisilat” atau “acetylsalicylic acid.” Bacalah label obat dengan baik, dan ajukan pertanyaan pada dokter atau apoteker bila Anda tidak yakin apakah suatu produk bebas dari kandungan aspirin.

2. Obat Anti Mual
Jangan pernah memberikan obat anti mual (baik yang diresepkan maupun yang dijual secara bebas) pada bayi Anda kecuali dokter memberikan rekomendasi secara khusus. Kebanyakan gejala mual dan muntah pada anak tidak berlangsung lama, pada anak-anak dan bayi gejalan tersebut dapat ditangani tanpa obat-obatan tertentu. Sebagai tambahan, obat anti mual juga memiliki risijo dan dapat menyebabkan terjadinya komplikasi. (Bila bayi Anda muntah-muntah dan mulai mengalami dehidrasi, segera hubungi dokter Anda untuk minta nasihat apa yang harus Anda lakukan.)

3. Obat-obatan untuk Orang Dewasa
Memberikan obat yang diperuntukkan untuk orang dewasa dalam dosis yang lebih kecil adalah tindakan yang berbahaya. Bila dalam label obat tersebut tidak menunjukkan adanya dosis yang tepat untuk bayi seukuran anak Anda, jangan berikan obat tersebut pada bayi Anda.
Obat-obatan Apapun yang Diberikan Untuk Orang Lain Atau Untuk Alasan yang Berbeda
Obat-obatan dengan resep yang ditujukan untuk orang lain (seperti saudara kandung) atau untuk merawat penyakit yang berbeda akan tidak efektif atau bahkan berbahaya bila diberikan untuk bayi Anda. Berikan pada bayi Anda hanya obat-obatan yang memagn diresepkan untuk dirinya dalam kondisi yang spesifik.

4. Obat yang Sudah Kedaluarsa
Buang semua obat, baik obat resep maupun obat bebas sejenis, begitu obat-obatan tersebut kedaluarsa. Selain itu, buang juga obat-obat yang sudah berubah warna atau yang tabletnya sudah hancur—intinya buat semua obat-obatnya yang bentuknya sudah berubah sejak Anda membelinya. Setelah tanggal penggunaannya habis, obat-obat tersebut tidak lagi efektif dan dapat menjadi sangat berbahaya. Jangan buang obat-obatan lawas di lubang toilet, karena obat-obatan tersebut akan mengontaminasi air tanah dan pada akhirnya akan memengaruhi persediaan air minum Anda. Sebaiknya, bungkus dalam kotak atau tempat yang tidak dapat dibuka oleh anak-anak dan buang ke tempat sampah.

5. Dosis Asetaminofen Tambahan
Banyak obat-obat batuk dan pilek yang dijual secara bebas mengandung asetaminofen untuk membantu mengurangi demam dan rasa sakit, jadi hati-hatilah untuk tidak memberikan dosis asetaminofen tambahan pada bayi Anda. Bila Anda tidak yakin apa kandungan yang terdapat pada obat batuk dan pilek tertentu, tanyakan pada apoteker atau pada dokter anak Anda. Bila anak Anda telah meminum obat yang diresepkan oleh dokter, tanyakan dulu pada dokter anak Anda atau apoteker sebelum anda memberikan asetaminofen atau ibuprofen, untuk memastikan dosis tambahan tersebut boleh diberikan.

6. Obat yang Dapat Dikunyah
Tablet yang dapat dikunyah dapat menyebabkan bayi menghadapi bahaya tersedak. Bila bayi Anda telah makan makanan padat dan Anda ingin menggunakan tablet yang dapat dikunyah, sebaiknya Anda gerus dulu obat tersebut, lalu letakkan dalam sendok yang berisi makanan yang lembek, seperti yogurt atau saus apel. (Tentu saja, Anda harus memastikan bayi Anda memakan habis suapan dari sendok tersebut agar dosis yang diberikan bisa tepat).

Catatan Khusus
Dua jenis obat-obatan berikut ini tidaklah 100 persen dilarang, namun Anda harus berhati-hati dalam menimbang apakah Anda mau memberikan obat-obatan jenis ini pada bayi Anda.

Obat-obatan Herbal
Banyak obat-obat herbal (jamu) yang ringan dan aman, namun hanya karena obat-obatan ini terbuat dari sesuatu yang alami, atau dibuat dari tumbuh-tumbuhan, jangan menganggap bahwa obat-obatan jenis ini aman untuk bayi Anda. Produk-produk herbal dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi, kerusakan pada hati, dan meningkatnya tekanan darah. Dalam dosis tertentu, dan/atau bila dikombinasikan dengan obat-obatan yang salah, pemberian obat-obatan jenis ini dapat berakibat fatal. Konsultasikan dengan dokter anak Anda atau praktisi pengobatan alternatif yang Anda percaya sebelum memberikan obat-obatan herbal pada bayi Anda. Dan selalu beritahukan pada dokter Anda obat-obatan herbal apa yang dikonsumsi oleh bayi Anda sebelum ia memberikan resep obat.

7. Obat Batuk dan Pilek yang Dijual Bebas
Batuk akan membantu untuk membersihkan paru-paru bayi Anda, sehingga pemberian obat penekan batuk adalah sesuatu yang tdiak bermanfaat. Obat batuk dan pilek, termasuk juga dekongestan, tidak akan menyembuhkan bayi Anda. Yang dapat dilakukan oleh obat-obat tersebut hanyalah meredakan gejala yang mereka alami secara temporer. Dan obat-obatan tersebut mungkin dapat menyebabkan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan, seperti gelisah dan mengantuk. Beberapa produk seperti ini juga cenderung tidak efektif, atau bahkan menyebabkan gejala awal yang telah terjadi malah semakin parah. Jadi bila bayi Anda tengah menderita selesma, pertama coba dulu pilihan-pilihan lain, seperti melembabkan ruangan dan memberikan lebih banyak ciaran. Lalu cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter Anda sebelum Anda menyambar obat batuk atau pilek yang dijual secara bebas.

KESALAHAN MERAWAT BAYI DAN MENGHINDARINYA (SARAH FLOWER'S)

Walaupun orang tua sudah berusaha merawat bayinya sebaik mungkin dan sarat dengan
teori-teori yang dibaca dari buku-buku mengenai cara merawat bayi/anak, ibu dan ayah yang baru memiliki bayi masih sering melakukan kesalahan. Mulai dari bayi yang tidak berhenti menangis sampai ke harus ruang gawat darurat sebuah rumah sakit. Berikut kesalahan yang kerap dilakukan dan cara mengatasinya.

1. Menengok bayi yang baru lahir
Bayi berusia di bawah enam bulan memerlukan waktu untuk membentuk sistem ketahanan tubuh yang kuat. Oleh sebab itu, Anda tidak boleh sungkan-sungkan meminta teman dan kerabat yang datang untuk mencuci tangan sebelum memegang bayi Anda dan minta kepada mereka untuk tidak berada terlalu dekat dengan bayi, terutama bila mereka sedang batuk atau flu.

Selain itu, hindari keramaian. Bila harus membawa si kecil keluar rumah, gendong anak dan hadapkan mukanya ke wajah Anda untuk menghindari orang yang tak dikenal berada dekat-dekat dengannya,

2. Pakaian
Bayi yang baru lahir sangat mudah kepanasan. Jadi, sebaiknya pakaikan baju yang tidak terlalu tertutup. Kenakan baju bayi sesuai cuaca sehingga dia tidak merasa terlalu kepanasan atau terlalu kedinginan.

3. Kunci sebagai pengganti mainan
Membiarkan anak Anda bermain dengan kunci sebagai pengganti mainan akan berisiko kunci tersebut dimasukkan ke dalam mulutnya. Bila gigi si kecil mulai tumbuh, simpan kunci-kunci karena kunci biasanya mengandung timah. Walaupun kadarnya rendah, tetap merupakan salah satu faktor penyebab penurunan IQ. Kadar timah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak.

4. Tidur tengkurap
Penelitian menunjukkan, bayi yang tidur tengkurap di atas selimut yang lembut berisiko 21 kali lipat terserang SIDS (sudden infant death syndrome/sindroma kematian bayi mendadak) dibanding bayi yang tidur telentang di atas selimut yang tak terlalu lembut atau mudah bergeser.

5. Kekurangan cairan pada bayi yang tidak rewel
Ada bayi yang tenang dan tidak rewel dan orang tua mengira bayinya tidak lapar. Hal ini ternyata keliru. Beri makanan pada bayi secara teratur dan perhatikan apakah ia sudah cukup makan atau belum. Tanda-tanda seorang bayi cukup makan adalah bila bayi mengompol paling tidak 6 kali dalam sehari pada usia satu minggu pertama sesudah kelahirannya. Bila Anda tidak melihat tanda-tanda ini, konsultasikan ke dokter.

6. Antibiotik
Banyak orang tua yang meminta dokter untuk memberikan antibiotik pada buah hatinya yang sedang sakit. Antibiotik tidak baik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus yang umum seperti flu, muntah-muntah, diare, dan sakit tenggorokan (kecuali bila infeksi yang disebabkan oleh bakteri streptokokus). Selain itu, kebiasaan mengonsumsi antibiotik menyebabkan bayi menjadi kebal dan pada saat yang diperlukan antibiotik menjadi tidak berfungsi.

7. Dosis tepat
Beri obat pada si kecil sesuai dengan dosis yang disarankan. Dosis untuk bayi dan pada anak yang usianya lebih tua tidaklah sama. Untuk menghindari pemberian dosis yang berlebihan, ikuti saran yang diberikan dokter.

8. Benda-benda berbahaya
"Suatu hari saya menemukan kapur barus di dalam hidung anak saya", cerita seorang ibu yang mempunyai balita berusia 1,5 tahun. Begitu si kecil dapat merangkak, periksa seluruh sudut rumah Anda, perhatikan hal-hal yang berbahaya yang dapat dijangkau oleh anak Anda. Pindahkan stop kontak yang berada di bawah, singkirkan vas, pajangan-pajangan lain yang terbuat dari pecah-belah, ujung furnitur yang runcing, dan simpan obat-obatan dari tempat yang terjangkau oleh anak.

9. Anggapan bahwa alami berarti aman
Jangan menganggap bahwa produk alami aman bagi bayi sampai Anda mendapatkan kepastiannya dari dokter Anda. Hal yang sama berlaku bagi obat-obatan yang dapat Anda temukan di internet. Cetak informasi tersebut dan konsultasikan pada dokter anak Anda.

TIPS PENTING
* Kotoran bayi
Anda tidak perlu khawatir. Kadang kotoran bayi anda tampak aneh. Ada bayi yang kotorannya tidak keras, ada pula yang agak keras.

* Menggendong bayi
Pada usia 6 bulan sejak kelahirannya, sebaiknya Anda jangan terlalu sering menggendong si kecil.

* Demam
Pada bayi usia 6 minggu, Anda tidak perlu khawatir bila panas badannya mencapai 37°C sejauh dia tampak aktif dan gembira. Anda tidak perlu melarikannya ke rumah sakit, cukup menelepon dokter anak Anda

RAGAM TERAPI PADA BAYI KUNING,,(SARAH FLOWER'S)

Penelitian menunjukkan sekitar 70 persen bayi baru lahir mengalami kuning. Meskipun dikategorikan wajar, orang tua tetap harus waspada.

"Bayi ibu kuning? Alaaa itu biasa, kok. Jemur saja di bawah sinar matahari tiap pagi. Nanti juga baik sendiri." Saran seperti itu kerap diberikan kepada ibu bila bayi yang baru dilahirkannya dinyatakan kuning.

Cara mengetahui kadar bilirubin bayi baru lahir adalah dengan pemantauan. Bayi "kuning", yang dalam istilah medis disebut ikterus neonatus, terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah hingga melebihi ambang batas normal. Gejalanya, kulit dan bagian putih mata bayi tampak kuning tapi suhu badannya normal.

Namun, tidak semua bayi kuning bisa diobati hanya dengan menjemurnya di bawah sinar matahari pagi. Ada juga yang perlu dirawat inap di rumah sakit untuk menjalani beberapa terapi. Menurut dr. Dewi Murniati, Sp.A ., rekomendasi dirawat inap akan diberikan bila bayi terdeteksi memiliki kadar bilirubin di atas ambang normal.

Mengapa sinar matahari yang merupakan sinar ultra-violet dianggap kurang efektif? Padahal sinar ini memang bisa membantu memecahkan kadar bilirubin dalam darah bayi. Seperti diketahui sinar surya yang efektif untuk mengurangi kadar bilirubin adalah saat jam 07.00 sampai 09.00. Ini berarti bayi tak bisa sepanjang waktu disinari, sehingga penurunan kadar bilirubinnya akan lama.

Cuaca yang mendung bahkan hujan juga dapat mengganggu proses penyinaran. Selain itu, merawat bayi kuning di rumah berisiko terhadap keterlambatan deteksi peningkatan kadar bilirubin. Beda kalau bayi dirawat di rumah sakit, ia akan terpantau oleh dokter dari waktu ke waktu.

KAPAN BAYI DINYATAKAN KUNING
Untuk bayi yang lahir cukup bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl (miligram perdesiliter darah). Sedangkan bayi yang lahir kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl. "Jika kemudian kadar bilirubin diketahui melebihi angka-angka tersebut, maka ia dikategorikan hiperbilirubin," papar Dewi.

Lalu bagaimana bayi baru lahir bisa mengalami hiperbilirubin? Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengangkut oksigen). Hemoglobin terdapat dalam eritrosit (sel darah merah) yang dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi (pemecahan). Proses pemecahan tersebut menghasilkan hemeglobin menjadi zat heme dan globin. Dalam proses berikutnya, zat-zat ini akan berubah menjadi bilirubin bebas atau indirect .
Dalam kadar tinggi bilirubin bebas ini bersifat racun; sulit larut dalam air dan sulit dibuang. Untuk menetralisirnya, organ hati akan mengubah bilirubin indirect menjadi direct yang larut dalam air. Masalahnya, organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal dalam mengeluarkan bilirubin bebas tersebut. Barulah setelah beberapa hari, organ hati mengalami pematangan dan proses pembuangan bilirubin bisa berlangsung lancar.

Masa "matang" organ hati pada setiap bayi tentu berbeda-beda. Namun umumnya, pada hari ketujuh organ hati mulai bisa melakukan fungsinya dengan baik. Itulah mengapa, setelah berumur 7 hari rata-rata kadar bilirubin bayi sudah kembali normal. Tapi ada juga yang menyebutkan organ hati mulai bisa berfungsi pada usia 10 hari.

RAGAM TERAPI

Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi, maka bayi harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini macam-macam, disesuaikan dengan kadar kelebihan yang ada. Berikut penjelasan dari Dewi yang berpraktek di RSIA Hermina Daan Mogot, Jakarta.

1. Terapi Sinar (fototerapi)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal.

Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga intensitasnya lebih efektif.

Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi. Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari lampu-lampu tersebut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna sehingga dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya. Begitu pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ reproduksi itu, seperti kemandulan.

Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah-ubah; telentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung merata. Dokter akan terus mengontrol apakah kadar bilirubinnya sudah kembali normal atau belum. Jika sudah turun dan berada di bawah ambang batas bahaya, maka terapi bisa dihentikan. Rata-rata dalam jangka waktu dua hari si bayi sudah boleh dibawa pulang.

Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap dampak fototerapi. Ada kecenderungan bayi yang menjalani proses terapi sinar mengalami dehidrasi karena malas minum. Sementara, proses pemecahan bilirubin justru akan meningkatkan pengeluarkan cairan empedu ke organ usus. Alhasil, gerakan peristaltik usus meningkat dan menyebabkan diare. Memang tak semua bayi akan mengalaminya, hanya pada kasus tertentu saja. Yang pasti, untuk menghindari terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua mesti tetap memberikan ASI pada si kecil.

2. Terapi Transfusi

Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, cerebral palsy , gangguan motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain.

Proses tukar darah akan dilakukan bertahap. Bila dengan sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang menggembirakan, maka terapi transfusi bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi kembali. Efek samping yang bisa muncul adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.

3. Terapi Obat-obatan
Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat phenobarbital atau luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya indirect berubah menjadi direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati.

Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi bahkan dihentikan. Efek sampingnya adalah mengantuk. Akibatnya, bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan bilirubin. Oleh karena itu, terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk menangani hiperbilirubin karena biasanya dengan fototerapi si kecil sudah bisa ditangani.

4. Menyusui Bayi dengan ASI

Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin. Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar dan kecilnya. Akan tetapi, pemberian ASI juga harus di bawah pengawasan dokter karena pada beberapa kasus, ASI justru meningkatkan kadar bilirubin bayi (breast milk jaundice) . Di dalam ASI memang ada komponen yang dapat mempengaruhi kadar bilirubinnya. Sayang, apakah komponen tersebut belum diketahui hingga saat ini.

Yang pasti, kejadian ini biasanya muncul di minggu pertama dan kedua setelah bayi lahir dan akan berakhir pada minggu ke-3. Biasanya untuk sementara ibu tak boleh menyusui bayinya. Setelah kadar bilirubin bayi normal, baru boleh disusui lagi.

5. Terapi Sinar Matahari

Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan. Biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda. Seperempat jam dalam keadaan telentang, misalnya, seperempat jam kemudian telungkup. Lakukan antara jam 7.00 sampai 9.00. Inilah waktu dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah jam tujuh, sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas jam sembilan kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit.

Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena dapat merusak matanya. Perhatikan pula situasi di sekeliling, keadaan udara harus bersih.

DUA JENIS KUNING

Hiperbilirubin, tutur Dewi , dibagi menjadi dua, yakni ikterus neonatus fisiologis dan ikterus neonatus patologis.

1. Ikterus neonatus fisiologis (hiperbilirubin karena faktor fisiologis) merupakan gejala normal dan sering dialami bayi baru lahir. Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi lahir, dan akan "sembuh" pada hari ke-7. Penyebabnya organ hati yang belum "matang" dalam memproses bilirubin. Jadi, hiperbilirubin karena faktor fisiologis hanyalah gejala biasa. Meski begitu, orang tua harus tetap waspada. Bisa saja di balik itu terdapat suatu penyakit.

2. Ikterus neonatus patologis ; hiperbilirubin yang dikarenakan faktor penyakit atau infeksi. Misalnya akibat virus hepatitis, toksoplasma, sifilis, malaria, penyakit/kelainan di saluran empedu atau ketidakcocokan golongan darah (rhesus).
Hiperbilirubin yang disebabkan patologis biasanya disertai suhu badan yang tinggi (demam) atau berat badan tak bertambah. Biasanya bayi kuning patologis ditandai dengan tingginya kadar bilirubin walau bayi sudah berusia 14 hari.

PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA BAYI DAPAT MENINGKATKAN RISIKO ASMA(SARAH FLOWER'S)

Anak-anak yang mengkonsumsi antibiotik saat masih bayi memiliki risiko lebih besar untuk terserang asma saat mereka berusia 7 tahun, kata beberapa peneliti Kanada, Senin.

Antibiotik biasa diberikan kepada anak yang berusia di bawah satu tahun karena sejumlah alasan, yang paling sering untuk menurunkan infeksi saluran pernafasan seperti bronchitis dan radang paru-paru atau infeksi saluran pernafasan atas seperti infeksi sinus dan telinga.

Anita Kozyrskyj dan rekannya di University of Manitoba di Winnipega dan McGill University di Montreal mengkaji penggunaan antibiotik pada 13.116 anak dari saat kelahiran sampai usia 7 tahun.

Gejalan gangguan pernafasan dini dan selanjutnya dapat menjadi tanda asma pada masa depan. Untuk memantau itu, mereka memilah bayi yang menerima antibiotik bagi infeksi non-saluran pernafasan, seperti impetigo atau infeksi saluran kemih.

Di antara mereka, risiko terserang asma sebelum usia 7 tahun berlipat dibandingkan dengan bayi yang tak memperoleh antibiotik sebelum usia satu tahun, menurut studi tersebut –yang disiarkan di dalam jurnal CHEST.

Para peneliti itu mendapati bahwa bayi yang pada usia dini menerima antibiotik dan yang tidak memiliki anjing peliharaan di rumah sebelum ulang tahun pertama mereka juga menghadapi risiko lebih besar untuk terserang asma sampai mereka berusia 7 tahun.

Mereka mengatakan kehadiran anjing tampaknya meningkatkan kondisi terbuka bayi pada kuman, kondisi yang dapat membantu meluncurkan sistem kekebalan tubuh bayi.

Asma adalah radang pada saluran udara sehingga membuat sulit orang bernafas. Gejalanya dapat meliputi nafas tersengal, kehabisan nafas, batuk dan sesak pada dada.

AWAS,,,!!BAYI DAN BALITA BISA KENA EKSIM LHO...(SARAH FLOWER'S)

Gangguan kulit yang satu ini paling sering menyerang bayi dan balita. Apa dan bagaimana mencegah eksim pada anak?

Kulit bayi dan balita pun butuh perawatan agar terhindar dari gangguan kulit. Kulit
bayi yang lapisannya masih tipis dan ikatan antar-selnya masih lemah, lebih mudah terkena iritasi dan infeksi. Gangguan kulit yang sering mendera bayi dan balita biasanya eksim. “Antara lain, eksim popok (dermatitis popok) dan eksim susu (dermatitisatopik),” ungkap dr. Titi Lestari Sugito, Sp.KK(K) dari bagian Kulit dan Kelamin RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. “Agar tidak menjadi berkepanjangan, orang tua sebaiknya mengenali eksim lebih dini agar bisa dicegah,” lanjutnya.

Eksim atau dermatitis berarti peradangan pada lapisan kulit. Baik di lapisan epidermis maupun dermis. Seperti diketahui, kulit terdiri dari tiga lapisan, lapisan jangat (epidermis), dermis, dan jaringan subkutis. Epidermis sebagai lapisan paling atas terbentuk pada usia kehamilan 5-6 minggu. “Setidaknya, sekitar 28 hari sekali kulit akan berganti dengan kulit baru. Selain itu, terdapat sel pigmen yang melindungi tubuh dari efek sinar matahari

Lapisan dermis terdiri dari serabut penunjang seperti kolagen dan elastin, saraf dan pembuluh darah. Terdapat juga apokrin dan keringat. Sedangkan lapisan terdalam, lapisan subkutis terdiri atas jaringan lemak.

Tanda-tanda eksim, antara lain, kulit kemerah-merahan, kulit kering, basah, atau tebal dan bersisik. “Tergantung penyebabnya, apakah sudah lama atau berulang-ulang.” Biasanya eksim baru warnanya agaklebih merah, agak basah, disertai bengkak. Sementara pada yang kronis atau sudah lama, lebih tebal, bersisik, kering, dan warnanya agak kehitaman. Ada beberapa eksim yang sering diderita bayi dan balita, yaitu eksim popok dan susu (demartitis atopik).

1. EKSIM POPOK
Pemakaian popok pada bayi dan balita merupakan cara paling praktis, efektif, dan higienis untuk menampung tinja dan air seni si kecil agar tidak menyebar saat buang air. Sayangnya, kulit bayi dan balita tidak siap kontak lama dengan urin dan tinja karena masih tipis. Kulit yang lembap (popok menutup kulit) juga cenderung lebih rentan terhadap gesekan sehingga mudah mengalami iritasi, selain memudahkan pertumbuhan kuman dan jamur. Pemilihan popok yang baik dan cara pemakaian dan perawatan kulit di daerah popok mutlak dilakukan.

Eksim popok merupakan radang kulit yang terdapat di daerah tertutup popok. Biasanya di sekitar alat kelamin, bokong, lipat paha, dan perut bagian bawah. Penyakit ini sering menyerang bayi dan balita yang menggunakan popok. “Paling banyak, anak usia 9 sampai 12 bulan. Gejalanya kemerahan pada kulit. Bila sudah berlangsung lama, timbul bintil-bintil merah, lecet, bersisik, membasah dan bengkak, bisa ditumbuhi jamur terutama jenis candida albicans.

Eksim popok terjadi karena cara pemakaian popok yang salah. “Jadi, jangan salahkan popoknya. Yang enggak benar, cara memakainya.” Bagaimana jika si kecil telanjur kena eksim popok? “Kalau masih ringan, bersihkan dengan air hangat, ganti popok setiap buang air kecil dan besar, lalu oleskan krim khusus sebagai pelindung. Dengan pengobatan yang rutin biasanya akan hilanG.

Waspadai apabila eksim popok tidak sembuh dalam tiga hari dengan gejala kulit berwarna merah dengan bintik-bintik. “Berarti sudah terinfeksi jamur. Segera bawa ke dokter. Lebih cepat, lebih baik untuk mencegah anak rewel karena kulitnya gatal dan perih.” Untuk menghindari eksim popok bisa juga dengan melatih anak buang air kecil dan besar di kamar mandi.

2. EKSIM SUSU
Eksim susu (dermatitis atopik) biasanya diturunkan. Orang awam mengira eksim ini disebabkan pipi bayi terkena cipratan ASI saat menyusu, padahal bukan. “Penyebabnya adalah faktor keturunan didukung faktor pencetus seperti makanan (susu, telur, dan daging), hirupan debu rumah dan terkena benda berbulu dan keringatnya sendiri,”

Biasanya terdapat ruam di daerah pipi dengan gejala warna kulit tampak kemerahan dan gatal. Cegah si kecil menggaruk ruam tersebut karena bisa menyebabkan iritasi yang menimbulkan gelembung kecil berisi cairan jernih. “Cairan ini bila pecah akan menjadi basah, berair, dan berdarah. Setelah mengering akan menjadi kehitaman, kemudian kulit menjadi bersisik dan kering,.

Eksim karena faktor pencetus dari lingkungan bersifat alergen yang dapat menimbulkan reaksi alergi di tubuh, sehingga kulit menjadi gatal dan timbul eksim.

Faktor lain yang memudahkan terjadinya eksim adalah sifat kulit, yakni kulit kering. Pemakaian sabun yang kadar alkalinya tinggi, terlalu sering berada di ruangan ber-AC dengan suhu dibawah 18 Celsius, memakai pakaian dari wol, bisa memicu kambuhnya eksim. “Meski penyebabnya genetik (keturunan), sepanjang tak ada faktor pencetusnya, eksim ini tidak akan timbul. Jadi, kalau gejalanya masih sedikit gatal atau merah, lebih baik langsung diingat-ingat apa yang sudah dimakan dan dikenakan, lalu cepat hindari agar tidak berkepanjangan, ” .

Untuk mencegah kambuhnya eksim susu, sebaiknya jaga kebersihan lingkungan di sekitar si kecil. “Usahakan kamar bayi bersih dari debu dengan mencuci gorden seminggu sekali, hindari meletakkan banyak barang di dalam kamar, hindari pakaian, mainan dan karpet tebal dan berbuluyang mudah menampung debu. Sebaiknya gunakan kasur, bantal, jok kursi dari busa, ” .

Untuk mengobati, diberikan krim antiradang, anti alergi dan antigatal. Gunakan sesuai aturan dan petunjuk dokter. Jika tak kunjung sembuh, segera konsultasikan ke dokter, jangan lakukan tindakan sendiri dengan penggunaan krim tidak sesuai aturan atau menggunakan obat minum, misalnya. “Bisa muncul efek samping seperti kerusakan kulit. Yang utama memerhatikan kebersihan kulit bayi dan anak. Ini gampang dilakukan namun sering dilupakan orang tua,.

HINDARI SABUN KERAS
Rawatlah kulit bayi dan balita secara benar. Apa saja yang harus dilakukan?

1. Bersihkan kulit dari kotoran yang menempel pada kulit seperti sisa makanan, air seni dan tinja dengan air. Mandi dua kali sehari juga akan membantu membersihkan kulit. “Jika kegiatan dan gerak anak sangat tinggi, mandi dapat dilakukan sampai 3 kali sehari.”

2. Perhatikan sabun pembersih kulit. “Hindari sabun yang terlalu keras. Pilih sabun khusus untuk bayi dan balita yang memiliki pH 4,5 ­ 5 dan agak berminyak untuk menghindari iritasi.” Gunakan pula pelembap berupa lotion dan krim khusus bayi dan balita. Fungsinya mempertahankan atau menambah kandungan air dalam kulit terutama bagian terluar kulit ari (epidermis). Berikan setelah mandi.

3. Cegah bayi terpapar sinar ultraviolet dari matahari atau gunakan pelindung sinar matahari. “Pukul 08.00 ke atas, intensitas ultraviolet sangat tinggi. Jadi, menjemur bayi sebaiknya sebelum jam itu dan sebaiknya tetap gunakan krim atau lotion pelindung sinar matahari khusus bayi dan balita,”.

Yang tak kalah penting, sebelum membeli produk perawatan kulit untuk bayi dan balita, teliti informasi produk. “Teliti isi, tujuan,cara pemakaian, tanggal produksi, kedaluwarsa serta izin dari Badan POM agar terhindar dari faktor pemicu atau pencetus timbulnya penyakit, ”.

MENCEGAH EKSIM POPOK
* Popok dari kain sebaiknya langsung diganti jika basah, sedangkan popok sekali pakai sebaiknya segera diganti jika air seni atau tinja yang diserap sudah melebihi daya tampung.

* Untuk pencegahan, jagalah kebersihan daerah kulit yang ditutupi popok. Setelah buang air kecil dan besar, bersihkan kulit secara lembut dengan air hangat, lalu bilas bersih-bersih.

* Gunakan sabun khusus setelah buang air besar, lalu keringkan dengan handuk atau kain lembut, dan tunggu 2 menit sebelum dipakaikan popok baru. “Ini akan mencegah kulit tidak lembap,.

* Setelah itu, bisa dibubuhkan bedak yang berfungsi sebagai pelicin dan penyerap kelembapan supaya mengurangi gesekan antara kulit dengan popoknya. “Tapi harus digunakan dalam keadaan kulit kering dan bersih.

Jangan saat lembap karena malah bisa memicu timbulnya jamur dan kuman. Juga jangan berlebihan karena bisa terhisap dan mengganggu pernapasan,” .

BIANG KERINGAT PUN BIKIN MASALAH
Biang keringat muncul akibat saluran keringat tersumbat sel yang sudah berganti. Akibatnya, rasa gatal terpicu. Berikut agar si kecil terhindar dari biang keringat:

* Bayi atau anak dianjurkan mandi secara teratur, sedikitnya dua kali sehari menggunakan air dingin dan sabun. “Mandi yang teratur merupakan salah satu cara agar keringat dapat keluar dengan baik dan lancar,.

* Jika bayi dan balita Anda banyak dan sering mengeluarkan keringat, basuh dengan handuk atau kain lembut. Setelah itu, taburi dengan bedak, tapi jangan pada saat kulit dalam kondisi lembap.

* Gunakan pakaian yang menyerap keringat, misalnya yang terbuat dari katun. “Kalau pakaiannya sudah basah oleh keringat, cepat ganti dengan yang kering. Sebaiknya bawa beberapa potong baju jika sedang bepegian untuk mempermudah mengganti pakaian,” saran SARAH.

CARA MENGATASI ANAK SEMBELIT(SARAH FLOWER'S)

Banyak pendapat bahwa sembelit karena kurang serat dan buah, tapi kadangkala orangtua sering heran kenapa setelah makan banyak buah dan sayur tetap saja anak mengalami sembelit. Yang sering kurang diperhatikan sembelit dapat disebabkan karena ketidakcocokan susu atau alergi makanan tertentu. coba perhatikan apakah putra ibu mengalami gejala alergi seperti dibawah ini. Pemberian obat jangka panjang tidak akan menyelesaikan masalah, komplikasi yang bisa terjadi jangka panjang (pada usia dewasa) memang bisa terjadi ambein, coba perhatikan apakah disekitar anus timbul semacam daging kecil yang timbul? Banyak kasus terjadi setelah menghindari susu tertentu atau makanan tertentu sembelit berkurang

CIRI ALERGI PADA BAYI
o Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Kotoran telinga berlebihan & berbau.
o Sering MUNTAH/gumoh, kembung,“cegukan”, buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB > 3 kali perhari, BAB tidak tiap hari. Sering “ngeden & beresiko hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis, inguinalis karena sering ngeden.
o Lidah/mulut sering timbul putih, bibir kering
o Napas grok-grok, kadang disertai batuk ringan
o Sesak pada bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB)
o Bersin, hidung berbunyi, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi karena salah satu sisi hidung buntu, sehingga beresiko ”KEPALA PEYANG”.
o Mata berair atau timbul kotoran mata (belekan) salah satu atau kedua sisi.
o Berat badan sulit naik setelah usia 4-6 bulan.
o Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat, keringat berlebihan.
o Gangguan hormonal : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok.
o Mudah kaget bila ada suara keras. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar, kejang
o PROBLEM MINUM ASI : sering menangis (karena perut tidak nyaman) seperti minta minum sehingga berat badan berlebihan karena minum berlebihan. Sering menangis belum tentu karena haus atau bukan karena ASI kurang. Sering menggigit puting sehingga luka (agresif). Minum ASI sering tersedak, karena hidung buntu & napas dengan mulut. Minum ASI lebih sebentar pada satu sisi, karena satu sisi hidung buntu, jangka panjang bisa berakibat payudara besar sebelah.

MANIFESTASI KLINIS YANG SERING DIKAITKAN DENGAN ALERGI PADA ANAK

• Batuk lama (>2 minggu), ASMA, pilek, bersin, hidung buntu, terutama malam dan pagi hari. MIMISAN, suara serak, sinusitis, Sering menarik napas dalam
• Pembesaran kelenjar di leher dan kepala belakang bawah.
• Vaskulitis (pembuluh darah kecil pecah) : sering lebam kebiruan pada tulang kering kaki, tangan, pipi seperti bekas terbentur.
• Kulit timbul BISUL, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Sering menggosok mata, hidung, telinga, sering menarik atau memegang alat kelamin karena gatal. Kotoran telinga berlebihan, sedikit berbau, sakit telinga bila ditekan (otitis eksterna)
• Nyeri otot & tulang saat malam hari
• Sering minta kencing, BED WETTING (semalam ngompol 2-4 kali)
• Mudah MUNTAH bila menangis, berlari atau makan banyak, sering NYERI PERUT.
• Nyeri gigi, gigi berwarna kuning kecoklatan, gigi rusak, gusi berdarah
• Sering sariawan, lidah putih & berpulau nyeri gusi/gigi, mulut berbau, air liur berlebihan, gusi berdarah dan bengkak.
• Sering Buang Air Besar (BAB):> 2kali/hari, sulit BAB (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana.
• Kepala,telapak kaki/tangan sering teraba hangat. Berkeringat berlebihan, keringat malam. Badan berbau.
• Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata (hordeolum), TICS (gerakan mata sering berkedip), memakai kaca mata sejak usia sangat muda (usia 6-12 tahun).
• Gangguan hormonal : tumbuh rambut berlebihan di kaki atau tangan, keputihan, gangguan pertumbuhan tinggi badan.
• Sakit kepala, MIGRAIN, SAKIT KEPALA

KOMPLIKASI ALERGI PADA ANAK

o MUDAH SAKIT PANAS, BATUK, PILEK (INFEKSI BERULANG) ; 1-2 kali setiap bulan) KARENA DAYA TAHAN TUBUH MENURUN. SEBAIKNYA TIDAK TERLALU MUDAH MINUM ANTIBIOTIKA PENYEBAB INFEKSI BERULANG ADALAH VIRUS YANG SEBENARNYA TIDAK PERLU ANTIBIOTIKA.
o Waspadai dan hindari efek samping MINUM OBAT TERLALU SERING.
o Tonsilitis kronis (AMANDEL MEMBESAR) hindari operasi amandel yang tidak perlu
o Mudah mengalami INFEKSI SALURAN KENCING, kulit di sekitar kelamin sering kemerahan
o OVERDIAGNOSIS TBC (MINUM OBAT JANGKA PANJANG PADAHAL BELUM TENTU MENDERITA TBC / ”FLEK” ) KARENA GEJALA ALERGI MIRIP PENYAKIT TBC
o KESULITAN MAKAN, BERAT BADAN SULIT NAIK terutama setelah usia 4 – 6 bulan
o MAKAN BERLEBIHAN (MUDAH LAPAR), KEGEMUKAN atau OBESITAS
o INFEKSI JAMUR (HIPERSENSITIF CANDIDIASIS) di lidah, selangkangan, di leher, perut atau dada, KEPUTIHAN
GANGGUAN PADA PENDERITA ALERGI DAPAT MEMPENGARUHI PERILAKU ANAK
GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN
Mata bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa dibedong atau diselimuti. Senang posisi berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering menggerakkan kepala ke belakang, membentur benturkan kepala. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur (“smackdown”}, sering memanjat. ”Tomboy” pada anak perempuan : main bola, memanjat dll.
GANGGUAN TIDUR MALAM : gelisah/bolak-balik ujung ke ujung, bila tidur posisi “nungging”, berbicara,tertawa,berteriak saat tidur, sulit tidur, malam sering terbangun/duduk,mimpi buruk, “beradu gigi”
AGRESIF MENINGKAT sering memukul kepala sendiri, orang lain. Sering menggigit, menjilat, mencubit, menjambak (spt “gemes”)
GANGGUAN KONSENTRASI: cepat bosan thd sesuatu aktifitas kecuali menonton televisi,main game,baca komik, belajar. Mengerjakan sesuatu tidak bisa lama, tidak teliti, sering kehilangan barang, tidak mau antri, pelupa, suka “bengong”, TAPI ANAK TAMPAK CERDAS
EMOSI TINGGI (mudah marah, sering berteriak /mengamuk/tantrum), keras kepala
GANGGUAN SENSORIS & KOORDINASI MOTORIK:
Bolak-balik, duduk, merangkak tidak sesuai usia. Terlambat berjalan, jalan terburu-buru, mudah terjatuh/ menabrak, jalan jinjit, duduk leter ”W”.
GANGGUAN ORAL MOTOR : TERLAMBAT BICARA BIASANYA DIATAS USIA 2 TAHUN MEMBAIK, bicara terburu-buru, cadel, gagap. Gangguan menelan-mengunyah, tidak bisa makan makanan berserat (daging sapi, sayur, nasi) Disertai keterlambatan pertumbuhan gigi.
IMPULSIF : banyak bicara,tertawa berlebihan, sering memotong pembicaraan orang lain
Memperberat gejala AUTIS dan ADHD
CONTROVERSIES IN ALLERGIES
DIANTARA MASYARAKAT AWAM BAHKAN SEBAGIAN KLINISI BANYAK TERJADI KONTROVERSI TENTANG ALERGI MAKANAN SEHINGGA BANYAK PENDAPAT BERBEDA & MEMBINGUNGKAN
SETELAH MENGALAMI SENDIRI TERNYATA BAHWA ALERGI MAKANAN BANYAK MENGGANGGU ORGAN TUBUH MAKA KITA HARUS LEBIH PERCAYA PADA FAKTA YANG TERJADI TERSEBUT
MESKIPUN KADANG TIDAK BISA HILANG SAMA SEKALI , TETAPI ALERGI MAKANAN AKAN BERKURANG SECARA BERTAHAP DI ATAS USIA 2 – 7 TAHUN
GOLD STANDARD ATAU MEMASTIKAN MAKANAN PENYEBAB ALERGI ADALAH DENGAN (DOUBLE BLIND PLACEBO CONTROL FOOD CHALENGE), NAMUN PEMERIKSAAN INI RUMIT, RELATIF MAHAL DAN BUTUH WAKTU LAMA.
PEMERIKSAAN TES KULIT : SENSITIFITAS TINGGI TETAPI SPESIFISITAS RENDAH, SEDANGKAN PEMERIKSAAN ALTERNATIF (“UNPROVEN PROCEDURE”) SEPERTI TEST VEGA, KINESIOLOGI TERAPAN DLL SENSITIFITAS/SPESIFITASNYA TIDAK TINGGI SEHINGGA BELUM MEMASTIKAN PENYEBAB ALERGI
“ALLERGY BEHAVIOUR CLINIC” MELAKUKAN MODIFIKASI DENGAN ELIMINASI PROVOKASI MAKANAN TERBUKA SEDERHANA
PEMBERIAN OBAT ANTI ALERGI JANGKA PANJANG ADALAH BUKTI KEGAGALAN DALAM MENCARI PENYEBAB ALERGI
PENANGANAN TERBAIK ALERGI ADALAH MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB DAN MENGHINDARINYA
MENUNDA MAKANAN PENYEBAB ALERGI TIDAK MEMPENGARUHI STATUS GIZI ANAK BILA MENGETAHUI JENIS MAKANAN PENGGANTINYA
WASPADAI BILA ORANG TUA DAN KELUARGA MENDERITA ALERGI MAKA ANAK BERESIKO ALERGI
ALERGI DAPAT DICEGAH DAN DI DETEKSI SEJAK LAHIR BAHKAN SEJAK DALAM KANDUNGAN
KENALI GEJALA ALERGI SEJAK LAHIR. CEGAH KOMPLIKASINYA , HINDARI PEMAKAIAN OBAT JANGKA PANJANG.

PEMBERIAN SUSU FORMULA YANG TERKAIT DENGAN DIARE (SARAH FLOWER'S)

Terapi antiretroviral (ART) profilaksis telah mengurangi kejadian penularan ibu-ke-bayi selama kehamilan dan persalinan secara dramatis, tetapi virus dapat ditularkan melalui air susu ibu.

Di negara maju, dengan ada jaminan air bersih dan persediaan susu formula yang aman dan dapat diandalkan untuk bayi, perempuan HIV-positif disarankan untuk tidak menyusui. Tetapi, di rangkaian miskin sumber daya, WHO menyarankan untuk menyusui, terutama pada enam bulan pertama, kecuali apabila pemberian susu formula “dapat diterima, dimungkinkan, terjangkau, dan aman,” atau “AFASS ( acceptable, feasible, affordable, sustainable, safe ).”

Dalam satu sesi tentang “Masalah mendesak di dunia berkembang” pada konferensi CROIke-14 pada 25 Februari, Tracy Creek dari Centers for Disease Control and Prevention, AS (CDC) menyampaikan peninjauan tentang jangkitan diare di antara bayi di Botswana yang menyoroti kebutuhan akan pertimbangan yang cermat mengenai keuntungan dan risiko terhadap menyusui.

Di Botswana, pada 2005 hampir sepertiga perempuan hamil terinfeksi HIV. Negara tersebut memiliki program yang dikembangkan dengan baik untuk mencegah penularan ibu-ke-bayi, dan 80 persen perempuan hamil yang HIV-positif menerima sedikitnya AZT. Ibu HIV-positif juga menerima susu formula cukup untuk 12 bulan secara gratis dari klinik.

Botswana mengalami periode curah hujan yang sangat tinggi pada November 2005, dan pada Januari 2006, petugas kesehatan masyarakat mulai melihat peningkatan diare pada anak. Kasus meningkat empat kali lipat, dari sekitar 8500 pada 2004 menjadi lebih dari 35.000. Sementara itu kematian meningkat lebih dari 20 kali lipat dari 24 menjadi hampir 530. Pada Maret, petugas kesehatan mencatat kejadian sekunder yaitu kekurangan gizi pada bayi. Wabah diare berhenti awal April.

Contoh tinja dari anak yang dirawat di rumah sakit karena diare menunjukkan bahwa 60 persen terinfeksi kriptosporidium, 50 persen E.coli , 38 persen Salmonela, dan 17 persen Sigela; banyak yang dengan beragam patogen.

Penyelidikan epidemiologi terhadap wabah ini mengungkapkan bahwa sebagian besar bayi yang menderita diare tidak disusui. Dr. Creek melaporkan dalam analisis multivariat, tidak menyusui merupakan “prediktor terkuat” terhadap diare pada bayi, meningkatkan risiko 50 kali lipat. Menggambarkan besarnya jangkitan tersebut, dalam satu desa, sepertiga bayi yang diberi susu formula meninggal akibat diare, tetapi tidak satupun yang disusui.

Pada kelompok sub penelitian terhadap 153 bayi dengan diare, 93 persen tidak disusui (kira-kira tiga perempatnya diberi susu formula dan 25 persen diberi susu sapi). Tetapi hanya 65 persen ibu yang HIV-positif, menunjukkan bahwa terjadi “kelolosan” dalam pemberian susu formula pada yang tidak terinfeksi HIV. Di antara bayi, 18 persen HIV-positif. Beberapa ibu melaporkan bahwa klinik tidak mampu menyediakan cukup susu formula secara gratis. Kwashiorkor – sebuah bentuk kekurangan gizi pada anak terkait dengan kekurangan asupan protein – adalah satu-satunya prediktor kematian yang bermakna, bukan status HIV ibu atau bayi.

Setelah presentasi tersebut, Peggy Henderson dari WHO mengkaji ulang manfaat dan risiko menyusui pada ibu yang HIV-positif. Sejak terakhir kalinya WHO mengeluarkan saran tentang pemberian makanan pada 2000, telah terkumpul bukti yang menunjukkan bahwa menyusui bayi secara ekslusif selama enam bulan pertama terkait dengan penularan HIV yang lebih rendah dibandingkan gabungan antara menyusui dengan pemberian susu formula, penghentian pemberian air susu ibu dikaitkan dengan diare dan peningkatan mortalitas pada bayi terpanjan HIV, dan menyusui lebih dari enam bulan tampak meningkatkan ketahanan hidup bayi. Sebagai tambahan, perempuan yang memakai ART sepertinya mempunyai kemungkinan lebih rendah menularkan HIV melalui air susu ibu, meskipun penelitian tersebut belum selesai.

Pada Oktober 2006, HIV and Infant Feeding Technical Consultation menyepakati pernyataan yang menekankan bahwa pilihan pemberian makanan yang paling tepat untuk ibu HIV-positif tergantung pada keadaan masing-masing individu.

Dalam kesimpulannya, Dr. Henderson menekankan pentingnya untuk “melindungi” dan mendorong pemberian air susu ibu oleh perempuan yang tidak terinfeksi HIV. Lebih lanjut, semakin banyak bukti – misalnya seperti yang disediakan oleh kejadian Botswana – memberi kesan bahwa di antara perempuan HIV-positif, manfaat pemberian air susu ibu sering melampaui risiko penularan HIV (kira-kira satu persen per bulan), terutama apabila sang ibu memiliki jumlah CD4 yang tinggi dan menerima ART.

WASPADAI PENYAKIT TB PARU,SEORANG PENDERITA TB PARU PADA DEWASA BISA MENULARI 10 ANAK

RAMBUTNYA tampak kusam kemerahan. Matanya yang cekung menatap tanpa gairah. Tubuh kecil dan kurus membuatnya terlihat ringkih. Sesekali digunakannya lengan baju untuk mengusap ingus yang keluar. Batuk- batuk kecil pun kerap terdengar dari mulutnya. Anak lelaki itu berjalan lunglai, bersama seorang ibu yang menggandengnya.Masuk ke dalam ruang praktik dokter, ibunya bercerita " Anak saya sakit biasa Dok, panas-batuk-pilek. Sekarang, batuknya sudah 3 minggu lebih belum sembuh. Tapi saya bosan, hampir setiap bulan saya ganti dokter. Ririwit pisan budak teh, Dok (mudah sekali sakit anak ini, Dok). Mana makannya susah sekali. Padahal sudah saya beri vitamin dan obat cacing, tapi tetap saja kurus begini."

Dokter memeriksa dengan teliti, memberi surat pengantar ke laboratorium, dan berpesan agar mereka kembali kontrol. Akhirnya, dokter menyimpulkan, "Ibu, anak ibu kemungkinan menderita tuberculosis (TB) Paru."

"Hah!?" Kontan si ibu terhenyak.

"Dari mana, Dok? Di keluarga saya mah tidak ada turunan yang begini. Memang bapak tetangga sebelah itu Dok, seperti yang saya ceritakan kemarin, sering batuk-batuk. Katanya punya penyakit bronchitis. Dulu malah pernah batuk darah, sudah bosan berobat tapi belum sembuh juga katanya."

Dokter pun menjawab, " Saya memang sering mendengar masyarakat awam menyebut penyakit ini bronchitis, Bu. Padahal sama sekali berbeda. Lagipula, penyakit TB memang tidak diturunkan, tapi menular ."

Setiap tahun dunia diingatkan tentang bahaya TB melalui "TB Day" yang diperingati setiap tanggal 24 Maret. Walaupun pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan untuk menanggulangi penyakit TB, angka kejadian penyakit ini tetap tinggi dan cenderung meningkat.

Kasus di atas sering terjadi di masyarakat. Penderita TB anak yang tidak terdeteksi, atau terlambat diketahui. Selain karena sulitnya dokter mendiagnosa kasus TB pada anak, banyak pula masyarakat yang belum mengetahui seluk beluk penyakit ini. Masih banyak orang yang tidak mengerti bahwa penyakit TB dapat menular. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat tidak waspada ketika mengetahui ada penderita TB dewasa di sekitarnya. Penderita sendiri terkadang malas berobat atau tidak tuntas menyelesaikan pengobatan. Padahal sumber penularan yang paling berbahaya adalah orang dewasa yang positif menderita TB.

Dalam ’Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis’ yang dikeluarkan Departemen kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2003, diperkirakan terdapat 8 juta kasus baru terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan hampir 3 juta orang meninggal sebagai akibat langsung dari penyakit ini. Kasus tuberculosis pada anak terjadi sekira 1,3 juta setiap tahun dan 450.000 di antaranya meninggal dunia. Laporan World Health Organization (WHO), tahun 1997, menyebutkan Indonesia menempati urutan ketiga dunia dalam hal jumlah kasus TB setelah India dan Cina. Pada tahun 1999 WHO memperkirakan, dari setiap 100.000 penduduk Indonesia akan ditemukan 130 penderita baru TB paru dengan bakteri tahan asam (BTA) positif.

Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita SpA, dokter spesialis konsultan penyakit paru anak, dalam makalahnya, ’Pencegahan Tuberkulosis pada Bayi dan Anak’ ( tahun 2002) menyebutkan, karena sulitnya mendiagnosa TB pada anak, angka kejadian TB anak belum diketahui secara pasti. Namun bila angka kejadian TB dewasa tinggi dapat diperkirakan kejadian TB anak akan tinggi pula. Hal ini terjadi karena setiap orang dewasa dengan basil tahan asam (BTA) positif akan menularkan 10 orang di lingkungannya, terutama anak-anak. Karenanya sangat penting untuk mendeteksi TB pada dewasa dan menelusuri rantai penularannya. Sehingga setiap anak yang mempunyai risiko tertular dapat dideteksi dini dan diberi pencegahan.

Beberapa hal yang diduga berperan pada kenaikan angka kejadian TB antara lain adalah, diagnosis dan pengobatan yang tidak tepat, kepatuhan yang kurang, migrasi penduduk, peningkatan kasus HIV/AIDS, dan strategi DOTS ( Directly Observed Therapy Short-course) yang belum berhasil. Strategi DOTS adalah program yang direkomendasikan oleh WHO. Sejak tahun 1995 program ini dilaksanakan untuk menanggulangi pemberantasan tuberculosis paru di Indonesia.

Apakah tuberculosis itu? Dalam buku Depkes yang sama disebutkan, tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian kuman menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui system peredaran darah, system saluran limfa, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru.

Sebagian besar orang yang terinfeksi (80-90%) belum tentu menjadi penderita tuberculosis. Untuk sementara, kuman yang berada dalam tubuh mereka bisa berada dalam keadaan dormant (tidur). Orang yang tidak menjadi sakit tetap mempunyai risiko untuk menderita tuberculosis sepanjang sisa hidupnya. Sedangkan mereka yang menjadi sakit disebut sebagai penderita tuberculosis.

Dalam makalah yang berjudul ’Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis pada Bayi dan Anak’ (tahun 2002), dr. Oma Rosmayudi SpA, pengajar di Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Anak Universitas Padjajaran, menjelaskan bahwa penyakit TB ditularkan orang dewasa kepada anak-anak, dan tidak dari anak ke dewasa. Sumber penularan yang paling berbahaya adalah penderita TB dewasa dan orang dewasa yang menderita TB paru dengan kavitas (caverne). Kasus seperti ini sangat infeksius dan dapat menularkan penyakit melalui batuk, bersin dan percakapan. Semakin sering dan lama kontak, makin besar pula kemungkinan terjadi penularan. Sumber penularan bagi bayi dan anak yang disebut kontak erat, adalah orangtuanya, orang serumah atau orang yang sering berkunjung.

Hal-hal berikut dapat terjadi pada bayi dan anak yang mempunyai kontak erat dengan penderita TB dewasa. Anak mungkin tidak pernah terkena infeksi, terkena infeksi tetapi tidak sampai menderita penyakit, mengalami infeksi yang kemudian menjadi penyakit, atau mengalami infeksi laten beberapa lama kemudian (akan mengalami penyakit apabila terjadi penurunan daya tahan tubuh). Anak yang rawan tertular TB adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Bila terinfeksi, mereka mudah terkena penyakit TB, dan cenderung menderita TB berat seperti TB meningitis, TB milier atau penyakit paru berat. Muncul tidaknya infeksi penyakit TB tergantung beberapa faktor seperti daya tahan tubuh (umur,status gizi, penyakit, ada tidaknya kekebalan spesifik) serta jumlah dan virulensi kuman yang sampai ke saluran di paru-paru.

Diagnosis, pengobatan dan pencegahan

Mengapa diagnosa pasti TB pada anak sulit ditegakkan?. Diagnosis pasti TB dibuat bila ditemukan basil TB dari bahan yang diambil dari dahak (sputum), bilasan lambung atau jaringan yang terkena penyakit. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat. Karenanya diagnosis TB pada anak didasarkan atas diagnosis kemungkinan (probability) dari hasil gambaran klinis, gambaran radiologis, uji tuberculin dan pemeriksaan lain yang cocok. Selain itu, anak yang menderita TB tidak banyak menunjukkan gejala dan tanda. Hanya sebagian kecil penderita yang memberikan gejala tidak spesifik seperti demam, sulit makan, penurunan berat badan, batuk dan mengi (sesak nafas).

Konsensus nasional TB anak IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2002 membuat alur deteksi dini dan rujukan TB pada anak sebagai berikut. Seorang anak dicurigai menderita TB bila, ada riwayat kontak dengan penderita TB sputum BTA positif, reaksi cepat BCG( timbul kemerahan di lokasi suntikan dalam 3-7 hari setelah imunisasi BCG), berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan kurang yang tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi, demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas, batuk lebih dari 3 minggu, pembesaran kelenjar limfe superficial yang spesifik, skrolfuloderma, konjungtivitis fliktenularis, tes tuberculin yang positif (> 10 mm), dan gambaran foto rontgen sugestif TB. Bila ditemukan 3 gejala atau lebih, maka seorang anak dianggap menderita TB dan harus mendapatkan obat anti tuberculosis (OAT). Selanjutnya anak diobservasi selama 2 bulan. Bila keadaannya membaik maka OAT diteruskan, tapi bila tetap atau memburuk harus dirujuk ke rumah sakit.

Pengobatan TB pada bayi dan anak pada dasarnya sama dengan TB dewasa. OAT diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah dan dosis yang tepat selama 6-9 bulan supaya kuman dapat dibunuh. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Tahap intensif dimaksudkan untuk menghentikan proses penyakit. Tahap ini harus dilaksanakan dengan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya kekebalan obat selama 2 bulan. Sedangkan tahap lanjutan dimaksudkan agar semua kuman yang dorman (tidur) terbunuh. Pemberian obat kombinasi lebih sedikit tetapi dalam jangka waktu lebih panjang yaitu 4 bulan. Semua tahap OAT diberikan setiap hari dalam satu dosis sebelum makan pagi.

Mengingat angka kejadian TB yang cenderung meningkat, bagaimanakah cara pencegahan agar anak tidak tertular penyakit ini? Menurut Prof. Cissy dalam makalah yang sama, TB pada bayi dan anak dapat dicegah dengan beberapa cara seperti imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin), pengobatan untuk pencegahan (kemoprofilaksis), menghindari kontak dengan penderita TB, mendiagnosis dan mengobati kasus TB dewasa secara tepat, serta dengan menerapkan strategi DOTS .

Cara-cara pencegahan di atas telah dilakukan di Indonesia. Dengan segala keterbatasan yang ada, pemerintah telah melakukan Program pemberantasan tuberculosis paru dan berbagai kebijakan lainnya. Namun semua itu belum memperlihatkan hasil yang nyata. Karenanya peran aktif dokter dan masyarakat akan sangat membantu dalam pemberantasan penyakit ini.

Para dokter diharapkan selalu menambah pengetahuan dan ketrampilan agar dapat mendeteksi serta mendiagnosis penyakit TB pada stadium dini. Sedangkan masyarakat dituntut lebih proaktif dalam meningkatkan pengetahuan dan keingin-tahuan mengenai penyakit ini. Bila pengetahuan masyarakat bertambah, masyarakat akan lebih waspada, sehingga penyakit TB pada anak dapat terdeteksi dan terobati sejak awal.

Selain itu, masyarakat dapat membantu melaporkan kasus baru TB dewasa dan memberikan motivasi pada penderita untuk berobat dan tidak bosan meminum obat. Hasilnya, akan semakin banyak penderita dewasa yang sembuh dan tidak lagi menularkan penyakitnya pada anak-anak. Ingat, hembusan nafas setiap penderita TB paru dewasa dapat menular pada sepuluh anak disekitarnya, jangan biarkan! (Agnes Tri Harjaningrum, dokter umum, dan peserta klub penulisan Hardim)