Sabtu, 06 Agustus 2011

CEGAH TBC SEJAK DINI (SARAH FLOWER'S)

Efektivitas vaksin penangkal TBC tidak mencapai 100%, tapi mengapa wajib untuk bayi?

TBC atau TB saat ini telah berkembang menjadi penyakit infeksi global dan pembunuh nomor satu di dunia. Tidak kurang dari 8 juta orang terjangkit tiap tahunnya, 2 juta di antaranya meninggal dunia. Jumlah pasien TB (tuberkulosis) di Indonesia menempati posisi ketiga di dunia setelah India dan Cina. Sungguh sangat menyedihkan.
Itulah alasan mengapa pencegahan sedini mungkin harus dilakukan. Caranya dengan memberikan suntikan vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerin ) di usia bayi. Vaksin yang ditemukan oleh Dr. Albert Calmette dan peneliti bernama Camille Guerin pada 24 April 1927 ini, mengandung kuman TB yang masih hidup tapi sudah dilemahkan.

Namun sebagaimana lazimnya usaha manusia, tidak ada pencegahan yang sempurna. Demikian pula dengan vaksin BCG yang tidak memiliki efektivitas 100% untuk mencegah penyakit TB. Karenanya, pemberian vaksin ini hanya merupakan tindakan memperkecil risiko tertular.

Jadi tetap saja, seorang anak yang telah mendapatkan vaksin BCG masih bisa tertulari. Misal, bila daya tahan tubuh anak sedang menurun dan berlangsung kontak terus-menerus dengan penderita TB. Otomatis si anak selalu mendapat semprotan kuman Mycobacterium tuberculosis , agen utama penyebab penyakit TB. Atau, bisa jadi kuman yang ditularkan sangat ganas dan sangat banyak sehingga memengaruhi benteng pertahanan anak.

Fakta tersebut tentu saja memancing pertanyaan, kalau begitu untuk apa dilakukan vaksinasi BCG? Toh, kemungkinan tertular TB tetap ada. Eit, nanti dulu, vaksinasi jelas berguna! Kalaupun anak-anak penerima vaksin BCG tertular bakteri TB, kondisinya tidak separah pada penderita tanpa vaksin BCG.

Jelas, imunisasi BCG tetap bermanfaat untuk memperkecil kemungkinan tertular sekaligus memperingan gejala bila terjangkit TB.

Hal penting lain untuk mencegah penularan TBC adalah menghindari anak melakukan kontak langsung dengan penderita TB dewasa. Kuman penyebab TB mudah sekali menular melalui droplet (butir-butiran air di udara) yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin.

Konsultan ahli:

Dr. Darmawan Budi Setyanto, SpA(K) ,
ahli Respirologi Anak dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta

VAKSIN BCG BERAPA KALI?

* Jumlah Pemberian

Cukup 1 kali, karena vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang terbentuk akan memiliki kualitas yang sama dengan yang terinfeksi secara alami. Oleh karena itu, antibodi yang dihasilkan melalui vaksinasi sudah tinggi. Berbeda dari vaksin yang berisi kuman mati, umumnya memerlukan booster atau pengulangan.

* Usia Pemberian

Kelompok umur yang rentan terserang TB adalah usia balita, terutama usia kurang dari 1 tahun. Hal ini disebabkan anak umumnya punya hubungan erat dengan penderita TB dewasa, seperti dengan ibu, bapak, nenek, kakek, dan orang lain yang serumah. Karena itulah, vaksin BCG sudah diberikan kepada anak sejak berusia kurang dari 1 tahun, yaitu usia 2 bulan. Di usia ini sistem imun tubuh anak sudah cukup matang untuk mendapat vaksin BCG. Namun, bila ada anggota keluarga yang tinggal serumah atau kerabat yang sering berkunjung ke rumah menderita TB, maka ada baiknya bayi segera diimunisasi BCG setelah lahir.

Bila umur bayi sudah terlewat dari 2 bulan, sebelum dilakukan vaksinasi hendaknya jalani dulu tes Mantoux (tuberkulin). Gunanya untuk mengetahui, apakah tubuh si anak sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi BCG dilakukan apabila tes Mantoux negatif.

* Lokasi Penyuntikan

Yang dianjurkan oleh WHO adalah di lengan kanan atas. Cara menyuntikkannya pun membutuhkan keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Bila dilakukan di paha, proses menyuntikkannya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal. Para orangtua juga tak perlu khawatir dengan luka parut yang bakal timbul di lengan, karena umumnya luka parut tersebut tidaklah besar. Jadi tidak akan merusak estetika keindahan lengan anak Anda kelak.

* Berikan Vaksin Saat Anak Sehat

Tak perlu ragu melakukan vaksinasi bila anak hanya sekadar batuk pilek. Vaksinasi sebaiknya ditunda dulu apabila anak demam tinggi atau sedang menderita penyakit yang berat (misalnya sampai perlu perawatan di rumah sakit). Alangkah baiknya bila melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada yang lebih ahli sebelum melakukan vaksinasi.

* Tanda Keberhasilan Vaksinasi

Tanda keberhasilan vaksinasi BCG berupa bisul kecil dan bernanah pada daerah bekas suntikan yang muncul setelah 4-6 minggu. Benjolan atau bisul setelah vaksinasi BCG memiliki ciri yang sangat khas dan berbeda dari bisul pada umumnya. Bisul tersebut tidak menimbulkan rasa nyeri, bahkan bila disentuh pun tidak terasa sakit. Tak hanya itu, munculnya bisul juga tak diiringi panas. Selanjutnya, bisul tersebut akan mengempis dan membentuk luka parut.

* Bila Ada Reaksi Berlebih

Tingkatkan kewaspadaan bila ternyata muncul reaksi berlebih pascavaksinasi BCG. Misal, benjolan atau bisul itu lama tidak sembuh-sembuh dan menjadi koreng. Atau, malah ada pembengkakan pada kelenjar di ketiak (sekelan). Ini dapat merupakan pertanda si anak pernah terinfeksi TB sehingga menimbulkan reaksi berlebih setelah divaksin. Sebaiknya segera periksakan kembali ke dokter.

Penting diketahui, setiap infeksi selalu diikuti oleh pembesaran kelenjar limfe setempat (regional) sehingga bisa diraba. Jadi infeksi ringan akibat vaksinasi di lengan atas akan menyebabkan pembesaran kelenjar limfe ketiak. Jika infeksi terjadi pada pangkal paha, akan terjadi pembesaran kelenjar limfe di lipatan paha. Namun efek samping ini tidak terjadi pada semua bayi. Yang berisiko apabila bayi tersebut sudah terinfeksi TB sebelum vaksinasi.

* Bila Tak Timbul Benjolan

Orangtua tak perlu khawatir bila ternyata tidak muncul bisul/benjolan di daerah suntik. Jangan langsung beranggapan bahwa vaksinasinya gagal. Bisa saja itu terjadi karena kadar antibodinya terlalu rendah, dosis terlalu rendah, daya tahan anak sedang menurun (misalnya anak dengan gizi buruk) atau kualitas vaksinnya kurang baik akibat cara penyimpanan yang salah.

Meski begitu, antibodi tetap terbentuk tetapi dalam kadar yang rendah. Jangan khawatir, di daerah endemis TB (penyakit TB terus-menerus ada sepanjang tahun) seperti Indonesia, infeksi alamiah akan selalu ada. Booster-nya (ulangan vaksinasi) bisa didapat dari alam, asalkan anak pernah divaksinasi sebelumnya.

Konsultan ahli:

Prof. DR. Dr. Sri Rezeki S Hadinegoro, Sp.A(K) ,

Staf pengajar pada Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI dan

Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

ASI 6 BULAN (SARAH FLOWER'S)

WHO, Uniceff dan juga Department Kesehatan RI melalui SK Menkes tahun 2004. Telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan. Mari dukung dan publikasikan program ASI Ekslusif 6 bulan.

Mengapa ASI Ekslusif Harus 6 Bulan? Penundaan pemberian makanan padat sampai bayi berusia 6 bulan berlaku bagi bagi yang mendapatkan ASI, ASI eksklusif dan juga susu formula.
1. ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi hingga ia berusia enam bulan

ASI adalah makan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu menyerapan nutrisi. Pada bulan-bulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu melindunginya bayi dari diare, sudden infant death syndrome/SIDS – sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang biasa terjadi. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Organisasi Kesehatan Dunia – WHO mengatakan: “ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi… Evaluasi pada bukti-bukti yang telah ada menunjukkan bahwa pada tingkat populasi dasar, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi. ” Setelah 6 bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng daripada yang tersedia didalam ASI – pada titik inilah, nutrisi tambahan bisa diperoleh dari sedikit porsi makanan padat. Bayi-bayi tertentu bisa minum ASI hingga usia 12 bulan atau lebih – selama bayi anda terus menambah berat dan tumbuh sebagaimana mestinya, berarti ASI anda bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik.
2. Menunda pemberian makanan padat memberikan perlindungan yang lebih baik pada bayi terhadap berbagai penyakit

Meskipun bayi terus menerima imunitas melalui ASI selama mereka terus disusui, kekebalan paling besar diterima bayi saat dia diberikan ASI eksklusif. ASI memiliki kandungan 50+ faktor imunitas yang sudah dikenal, dan mungkin lebih banyak lagi yang masih tidak diketahui. Satu studi memperlihatkan bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 4 bulan+ mengalami infeksi telinga 40% lebih sedikit daripada bayi yang diberi ASI ditambah makanan tambahan lain. Probabilitas terjadinya penyakit pernapasan selama masa kanak-kanak secara signifikan berkurang bila bayi diberikan ASI eksklusif setidaknya selama 15 minggu dan makanan pada tidak diberikan selama periode ini. (Wilson, 1998). Lebih banyak lagi studi yang juga mengaitkan tingkat eksklusivitas ASI dengan meningkatnya kesehatan (lihat faktor imunitas pada susu manusia dan Resiko pemberian makanan instan).
3. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem penernaan bayi untuk berkembang menjadi lebih matang

Biasanya bayi siap untuk makan makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara psikologis, pada usia 6 – 9 bulan. Bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan (gangguan pencernaan, timbulnya gas, konstipasi dll). Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap. Asam lambung dan pepsin dibuang pada saat kelahiran dan baru dalam 3 sampai 4 bulan terakhir jumlahnya meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa. Amilase, enzim yang diproduksi oleh pankreas belum mencapai jumlah yang cukup untuk mencernakan makanan kasar sampai usia sekitar 6 bulan. Dan enzim pencerna karbohidrat seperti maltase, isomaltase dan sukrase belum mencapai level oranga dewasa sebelum 7 bulan. Bayi juga memiliki jumlah lipase dan bile salts dalam jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 6-9 bulan.
4. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada bayi agar sistem yang dibutuhkan untuk mencerna makanan padat dapat berkembang dengan baik

Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa bayi sudah siap untuk menerima makanan padat termasuk ::

1. Bayi dapat duduk dengan baik tanpa dibantu.
2. Reflek lidah bayi sudah hilang dan tidak secara otomatis mendorong makanan padat keluar dari mulutnya dengan lidah.
3. Bayi sudah siap dan mau mengunyah.
4. Bayi sudah bisa “menjumput”, dimana dia bisa memegang makanan atau benda lainnya dengan jempol dan telunjuknya. Menggunakan jari dan menggosokkan makanan ke telapak tangan tidak bisa menggantikan gerakan “menjumput”.
5. Bayi kelihatan bersemangat untuk ikut serta pada saat makan dan mungkin akan mencoba untuk meraih makanan dan memasukkannya ke dalam mulut.

Sering kali kita mengatakan bahwa salah satu tanda bahwa bayi sudah siap untuk menerima makanan padat adalah bila bayi terus menerus ingin menyusu (kelihatan tidak puas setelah diberikan ASI/susu)-walaupun dia tidak sedang dalam keadaan sakit, akan tumbuh gigi , mengalami perubahan rutinitas atau mengalami pertumbuhan yang tiba-tiba. Meskipun demikian, sulit untuk menentukan apakah peningkatan kebutuhan untuk menyusui itu berhubungan dengan kesiapan bayi untuk menerima makanan padat. Banyak (bahkan sebagian besar) bayi usia 6 bulan yang mengalami pertumbuhan yang tiba-tiba, tumbuh gigi dan mengalami berbagai perkembangan – dalam satu waktu, yang pada akhirnya bisa menyebabkan meningkatnya kebutuhan untuk menyusui. Yakinkan bahwa anda melihat semua tanda-tanda kesiapan untuk menerima makanan padat sebagai suatu kesatuan, karena bila bayi hanya menunjukkan meningkatnya kebutuhan untuk menyusui, itu bukanlah tanda kesiapannya untuk menerima makanan padat.
5. Menunda pemberian makanan padat mengurangi resiko alergi makanan

Berbagai catatan menunjukkan bahwa memperpanjang pemberian ASI eksklusif mengakibatkan rendahnya angka insiden terjadinya alergi makanan (lihat Referensi alergi dan Resiko Pemberian Makanan Instan). Sejak lahir sampai usia antara empat sampai enam bulan, bayi memiliki apa yang biasa disebut sebagai “usus yang terbuka”. Ini berarti bahwa jarak yang ada di antara sel-sel pada usus kecil akan membuat makromolekul yang utuh, termasuk protein dan bakteri patogen, dapat masuk ke dalam aliran darah. Hal ini menguntungkan bagi bayi yang mendapatkan ASI karena zat antibodi yang terdapat di dalam ASI dapat masuk langsung melalui aliran darah bayi, tetapi hal ini juga berarti bahwa protein-protein lain dari makanan selain ASI (yang mungkin dapat menyebabkan bayi menderita alergi) dan bakteri patogen yang bisa menyebabkan berbagai penyakit bisa masuk juga. Dalam 4-6 bulan pertama usia bayi, saat usus masih “terbuka”, antibodi (slgA) dari ASI melapisi organ pencernaan bayi dan menyediakan kekebalan pasif, mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. Bayi mulai memproduksi antibodi sendiri pada usia sekitar 6 bulan, dan penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang sama.
6. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari anemia karena kekurangan zat besi

Pengenalan suplemen zat besi dan makanan yang mengandung zat besi, terutama pada usia enam bulan pertama, mengurangi efisiensi penyerapan zat besi pada bayi. Bayi yang sehat dan lahir cukup bulan yang diberi ASI eksklusif selama 6-9 bulan menunjukkan kecukupan kandungan hemoglobin dan zat besi yang normal. Dalam suatu studi (Pisacane, 1995), para peneliti menyimpulkan bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 7 bulan (dan tidak diberikan suplemen zat besi atau sereal yang mengandung zat besi) menunjukkan level hemoglobin yang secara signifikan lebih tinggi dalam waktu satu tahun dibandingkan bayi yang mendapat ASI tapi menerima makanan padat pada usia kurang dari tujuh bulan. Para peneliti tidak berhasil menemukan adanya kasus anemia di tahun pertama pada bayi yang diberikan ASI eksklusif selama tujuh bulan dan akhirnya menyimpulkan bahwa memberikan ASI eksklusif selama tujuh bulan mengurangi resiko terjadinya anemia.
7. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari resiko terjadinya obesitas di masa datang

Pemberian makanan padat terlalu dini sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak. (Untuk contoh, lihat Wilson 1998, von Kries 1999, Kalies 2005)
8. Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk mejaga kesediaan ASI mereka

Berbagai studi menunjukkan bahwa pada bayi makanan padat akan menggantikan prosi susu dalam menunya – makanan tersebut tidak menambah total asupan pada bayi. Makin banyak makanan padat yang dimakan oleh bayi, maka makin sedikit susu yang dia serap dari ibunya, dan makin sedikit susu yang diserap dari ibu berarti produksi ASI juga makin sedikit. Bayi yang makan banyak makanan padat atau makan makanan padat pada umur yang lebih muda cenderung lebih cepat disapih.
9. Menunda makanan padat membantu memberi jarak pada kelahirn bayi

Pemberian ASI biasanya sangat efektif dalam mencegah kehamilan terutama bila bayi anda mendapatkan ASI eksklusif dan semua kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi melalui ASI..
10. Menunda pemberian makanan padat membuat pemberiannya menjadi lebih mudah

Bayi yang mulai makan makanan padat pada usia yang lebih besar dapat makan sendiri dan lebih kecil kecendurangan untuk mengalami alergi terhadap makanan.

KONSENTRASI GLUKOSA DARAH (SARAH FLOWER'S IN BIOKIMIA)

Dalam keadaan postabsorbsi konsentrasi glukosa darah manusia berkisar antara 80 – 100 mg/dl. Setelah makan karbohidrat kadar dapat meningkat sampai sekitar 120-130 mg/dl. Selama puasa, kadarnya turun sampai sekitar 60-70 mg/dl. Dalam keadaan normal, kadarnya dikontrol dalam batas-batas ini.

PENYAKIT GULA PADA KEHAMILAN (SARAH FLOWER'S)

Penyakit gula dapat merupakan kelainan herediter dengan ciri insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis. Diabetes pada kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya, diabet akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan. Frekuensi penyakit ini 0,3 % s/d 0,7 %.Dugaan penyakit gula makin tinggi terjadi pada :
1. Umur penderita makin tua
2. Pada multipara
3. Penderita gemuk
4. Kelainan anak lebih besar dari 4000 gr
5. Riwayat kehamilan yang mengalami : sering meninggal dalam rahim, sering mengalami lahir mati, sering mengalami keguguran.
6. Bersifat keturunan.
7. Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urin.

Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pengaruh penyakit gula pada kehamilan :
a. Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim : terjadi keguguran, persalinan premature, kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi besar.
b. Dapat terjadi hidramnion
c. Dapat menimbulkan pre eklampsia dan eklampsia.

2. Pengaruh penyakit gula pada persalinan :
a. Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau terlantar.
b. Janin besar dan sering memerlukan tindakan operasi
c. Gangguan pembuluh darah placenta yang menimbulkan asfiksia sampai lahir mati.
d. Pendarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim
e. Post partum muda terjadi infeksi
f. Bayi mengalami hipoglisemia post partum dan dapat menimbulkan kematian.

3. Pengaruh penyakit gula pada kala nifas :
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi menyebar.

4. Pengaruh penyakit gula terhadap janin :
a. Dapat terjadi keguguran, persalinan premature, kematian janin dalam rahim (setelah minggu 36) dan lahir mati.
b. Bayi dengan dismaturitas
c. Bayi dengan cacat bawaan
d. Bayi yang potensial mengalami kelainan syaraf dan jiwa
e. Bayi yang dapat menjadi potensial mengidap penyakit gula.

SUMBER GLUKOSA DARAH (SARAH FLOWER'S)

1. Dari karbohidrat makanan
Sebagian besar karbohidrat dalam makanan pada pencernaan membentuk glukosa, galaktosa atau fruktosa. Ini diabsorbsi ke dalam vena porta. Galaktosa dan fruktosa segera diubah menjadi glukosa dalam hati.2. Dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneoge-nesis :
Senyawa-senyawa ini dibagi dalam dua kategori :
a. Senyawa yang langsung diubah menjadi glukosa tanpa banyak resiklus, seperti beberapa asam amino dan propionat.
b. Senyawa yang merupakan hasil dari metabolisme parsial glukosa dalam jaringan tertentu yang diangkut ke hati dan ginjal, dimana mereka disintesis kembali menjadi glukosa.
Jadi, laktat yang dibentuk dari oksidasi glukosa dalam otot rangka dan oleh eritrosit, ditransport ke hati dan ginjal dimana mereka diubah menjadi glukosa, yang dapat digunakan lagi melalui sirkulasi untuk oksidasi dalam jaringan. Proses ini dikenal sebagai siklus cori atau siklus asam laktat.
Gliserol untuk triasilgliserol jaringan adipose mula-mula berasal dari glukosa darah karena gliserol bebas tidak segera dapat dipergunakan untuk sintesis triasilgliserol dalam jaringan ini. Asilgliserol jaringan adiposa secara kontinyu mengalami hidrolisis untuk membentuk gliserol bebas, yang berdifusi keluar dari jaringan masuk ke dalam darah. Ia diubah kembali menjadi glukosa oleh mekanisme glukoneogenesis dalam hati dan ginjal. Jadi terdapat suatu siklus yang kontinyu dimana glukosa ditransport dari hati dan ginjal ke jaringan adiposa dan gliserol dikembalikan untuk disintesis menjadi glukosa oleh hati dan ginjal.

DIABETES (SARAH FLOWER'S)

Diabetes ditandai oleh poli uria, poli dipsia, penurunan berat tubuh walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hyperglikemia, glikosuria, ketosis, asidosis dan koma. Terjadi bermacam-macam kelainan biokimia, tetapi gangguan yang mendasari sebagian besar kelainan tersebut adalah :
- Penurunan pemasukan glukosa ke dalam berbagai jaringan perifer
- Peningkatan pembebasan glukosa dalam sirkulsi dari hati (peningkatan glukogenesis hati), sehingga terjadi kelebihan glukosa ekstra sel dan pada banyak sel, defisiesnsi glukosa intrasel, suatu situasi yang disebut sebagai kepalaran ditegah lumbung beras. Juga terjadi penurunan pemasukan asam-asam amino ke dalam otot dan peningkatan lipolisis.

KETOSIS (SARAH FLOWER'S)

Bila terjadi kelebihan asetil-KOA dalam tubuh, maka sebagian diubah menjadi asetoasetil-KOA dan kemudian di hati menjadi asetoasetat. Asetoasetat dan turun-turunannya, aseton dan – hidroksibutirat masuk ke dalam sirkulasi dalam jumlah banyak.

Badan keton dalam darah merupakan sumber energi penting pada keadaan puasa. Tingkat penggunaan keton pada penderita diabetes cukup tinggi. Telah diperhitungkan bahwa angka maksimum dimana lemak dapat dikatabolisasi tanpa timbulnya ketosis adalah 2,5 g/kg berat tubuh/h pada pasien diabetes. Pada diabetes yang tidak diobati, pembentukan lebih besar dari angka ini, dan badan-badan keton menumpuk dalam aliran darah.