Selasa, 28 Juni 2011

Penyakit Riya (Pamer) Adalah Syirik Kecil.

Riya adalah berbuat kebaikan/ibadah dengan maksud pamer kepada manusia agar orang mengira dan memujinya sebagai orang yang baik atau gemar beribadah seperti shalat, puasa, sedekah, dan sebagainya.

Ciri-ciri riya:

Orang yang riya berciri tiga, yakni apabila di hadapan orang dia giat tapi bila sendirian dia malas, dan selalu ingin mendapat pujian dalam segala urusan. Sedangkan orang munafik ada tiga tanda yakni apabila berbicara bohong, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. (HR. Ibnu Babawih).

Orang yang riya’, maka amal perbuatannya sia-sia belaka.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia” [QS. Al-Baqarah: 264]

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya” [Al Maa’uun 4-6]

Riya membuat amal sia-sia sebagaimana syirik. (HR. Ar-Rabii’)

Sesungguhnya riya adalah syirik yang kecil. (HR. Ahmad dan Al Hakim)

Allah mengancam orang yang riya ke dalam neraka dan menyebutnya sebagai teman setan:

“Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riyakepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.” [An Nisaa' 38]

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” [An Nisaa' 142]

Imam Al Ghazali mengumpamakan orang yang riya itu sebagai orang yang malas ketika dia hanya berdua saja dengan rajanya. Namun ketika ada budak sang raja hadir, baru dia bekerja dan berbuat baik untuk mendapat pujian dari budak-budak tersebut. Bukankah orang itu akan mendapat marah dari rajanya?

Nah orang yang riya juga begitu. Ketika hanya berdua dengan Allah Sang Raja Segala Raja, dia malas dan enggan beribadah. Tapi ketika ada manusia yang tak lebih dari hamba/budak Allah, maka dia jadi rajin shalat, bersedekah, dan sebagainya untuk mendapat pujian para budak. Adakah hal itu tidak menggelikan?

Agar terhindar dari riya, kita harus meniatkan segala amal kita untuk Allah ta’ala (Lillahi ta’ala).

Selain riya yang beribadah kepada Allah hanya pamer kepada manusia, sikap riya/menjilat pada atasan pun tidak terpuji. Orang-orang seperti ini biasanya ke atas menjilat, namun ke bawah menginjak. Orang-orang seperti ini selain dibenci bawahannya juga dibenci Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar